Thursday, March 20, 2014

Pemimpin Baru

Sebentar lagi negeri ini akan punya pemimpin baru. Tanda-tandanya sudah gencar dimunculkan. Pepohonan dihiasi deretan foto-foto orang tak dikenal. Wajah-wajah besar terpampang di spanduk dan baliho. Tak ketinggalan kota-kota pun menjadi lebih berwarna oleh bendera-bendera yang beragam. Untung saja fenomena ini tak terjadi sepanjang tahun. Membuat manusia malas keluar rumah huninya.

Para calon itu berlomba-lomba untuk meraih kekuasaan di negeri ini. Sebuah negeri yang kaya sejak dahulu kala. Memiliki tenaga manusia sebesar 250 juta yang tersebar di seluruh daerah. Semuanya memiliki semangat juang yang begitu tinggi. Mungkin lebih dari para pahlawan di uang-uang kertas bernamakan Rupiah. Sampai-sampai beberapa lupa bahwa mereka harusnya sudah waktunya untuk duduk manis di kursi goyang. Meminum segelas kopi hangat ditemani oleh kicauan burung hias dan sajian berita di pagi hari.

Deretan manusia ambisius itu adalah nama-nama besar yang sudah pantas masuk buku sejarah. Hebat ya. Bisa menjadi bagian dari buku yang harus dipelajari oleh seluruh manusia. Isinya memang hanya catatan. Namun baik untuk menjadi pedoman di masa depan. Supaya tak ada lagi yang mengulangi kesalahan yang sama bak seekor keledai dalam pepatah. Karena berjuta-juta orang ini adalah tonggak utama meraih kekuasaan.
Sayangnya sebagian sedang mengalami penyakit parah yang bernama trauma. Jadi mereka lebih memilih untuk beristirahat sejenak. Dengan sesekali berobat ke dokter bernama harapan bangsa. Namun banyak yang gagal. Karena sebagian diberi resep untuk membaca sebuah buku dengan isi terpotong-potong bernama sejarah. Sebagian dipaksa untuk menelan utuh obat tradisional berupa janji-janji manis penguasa dengan sedikit percikan gelimang Rupiah. Bahkan ada yang bertambah parah sehingga disebut apatis. Menyedihkan.
Yang berhasil hanyalah orang-orang yang mau mengkonsumsi sesuatu bernama kepercayaan dan informasi. Dimana keduanya dikombinasikan untuk menghilangkan penyakit parah ini. Menjadikan manusia jauh lebih baik dibanding sebelum terjangkit. Karena sesungguhnya bangsa ini hanya haus akan sesuatu yang baru dan lebih bisa dipercaya.

No comments:

Post a Comment

Postingan Populer