Thursday, August 25, 2016

Ayo Cepat Pindah, Joe Hart

sumber foto: independent.co.uk
Mengambil sebuah keputusan memang tak mudah dilakukan. Apalagi jika menyangkut dengan hal yang penting, seperti karir dan masa depan. Hal inilah yang sepertinya sedang dialami oleh Joe Hart, kiper utama tim nasional Inggris dan Manchester City.

Nasib Hart kini sedang diisukan untuk pindah ke Everton. Alasannya karena posisi Joe Hart mulai tergeser pasca kedatangan Pep Guardiola. Pep ternyata melihat kiper berusia 29 tahun tersebut "tak sesuai" dengan prinsip taktiknya. Seperti yang kita tahu, Guardiola cenderung menyukai kiper yang memiliki kemampuan mendistribusikan bola selain keahlian menjaga gawang.

Dilihat dari statistiknya, Hart memang jauh dari harapan Pep. Menurut data yang dilansir oleh WhoScored, persentase operan suksesnya hanya 52% di musim lalu. Angka itu jauh di bawah Claudio Bravo yang mampu mencapai 84,3%. Bravo sendiri dikabarkan semakin dekat ke Manchester City.

Pep memang serius jika berurusan dengan masalah taktik. Ia pun tak ragu menurunkan Willy Caballero pada dua pertandingan awal liga. Puncaknya adalah tadi malam, Pep memberikan "laga perpisahan" pada Joe Hart dengan menurunkannya saat melawan Steaua Bucuresti. Seperti yang dilansir dari detiksport, Hart mengenakan ban kapten dan memberi aplaus keliling stadion ketika laga usai.

Pertanyaan saya adalah, apakah keputusan Joe Hart untuk pindah adalah hal yang tepat?

Situasi Joe Hart memang bukan hal baru di dunia sepakbola yang dinamis. Nyatanya banyak legenda pernah mengalami hal yang sama. Kedigdayaan mereka bisa tergeser dalam sekejap. Entah itu karena penurunan performa atau datangnya pemain baru. Dan menurut saya, Hart telah mengambil keputusan yang tepat jika dia benar-benar pindah.

Sebagai seorang kiper, persaingan dalam merebut tempat utama sedikit berbeda jika dibanding dengan pemain yang berposisi lain. Konsistensi seorang kiper sangat diutamakan oleh setiap tim. Maka dari itu, tak jarang kiper adalah pemain yang paling jarang dirotasi. Kecuali karena larangan bermain atau cedera.
 
Untuk situasi Joe Hart, masalah tak hanya sekadar kesempatan bermain saja. Namun juga tentang posisinya di tim nasional. Seperti yang kita ketahui, Hart adalah kiper utama Inggris saat ini. Jika ia tak bisa bermain secara reguler, tentu posisinya kemungkinan besar akan tergeser, terlepas dari seberapa hebat kemampuannya. 
 
Sam Allardyce, manajer Inggris, pun telah melontarkan kekhawatirannya. Apalagi jika mengingat kiper-kiper Inggris lain mulai mendapatkan perhatian lebih. Posisinya akan terancam oleh nama-nama seperti Fraser Foster atau Jack Butland.
 
Sebenarnya, Hart juga punya keuntungan tersendiri, yaitu dengan status homegrown-nya. Ya saat ini klub-klub di Inggris perlahan kelimpungan mencari bakat-bakat asli negerinya. Gencarnya kedatangan pemain asing membuat pemain asli Inggris semakin langka. Maka dari itu Joe Hart bagaikan permata yang sedang disia-siakan.
 
Keputusan Hart pindah adalah hal yang tepat. Semakin cepat tentu semakin baik. Jangan sampai deh kita menyaksikan Joe Hart bernasib sama seperti Victor Valdes.

Wednesday, August 24, 2016

Merokok Bagi yang Mampu

sumber foto: quitsmokingcommunity.org

Bagi orang Indonesia, rokok telah termasuk hal yang lumrah. Tentang tingginya jumlah perokok pun rasanya telah disadari. Sehari-hari memang sangat mudah bertemu dengan para perokok. Rasanya di manapun kita berada, pasti ada saja orang yang merokok, kan? Maka dari itu, rokok seakan-akan menjadi hal yang biasa saja di kehidupan sehari-hari.

Beberapa hari ke belakang, rokok kembali ramai dibicarakan. Gara-garanya adalah wacana untuk menaikkan harga rokok hingga Rp 50.000 per bungkusnya. Hal ini sontak mengundang berbagai reaksi dari banyak orang.

Ya, pembicaraan rokok kembali ramai. Sebelumnya juga pernah ribut-ribut soal penggunaan gambar dampak buruk merokok, dan jangan lupa masalah penolakan produk rokok sebagai sponsor. Namun sepertinya, kali ini serangan pemerintah akan mengundang banyak kontroversi.

Masalahnya jelas, yang paling terancam adalah para konsumen, perokok. Para perokok mulai berpikir-pikir apa yang akan dilakukan ketika serangan tersebut diluncurkan. Mungkin banyak yang akan pensiun dalam waktu dekat.

Mengurangi jumlah perokok memang (seharusnya) menjadi tujuan utama serangan ini. Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah perokok terbanyak di dunia. Dengan estimasi sekitar 26% dari total jumlah penduduk, atau sekitar 65 juta jiwa. Dan angka tersebut diyakini masih bisa terus bertambah.

Belum lagi melihat data Riskesdas tahun 2007, 2010, dan 2013 yang meyatakan bahwa tren merokok selalu meningkat, terutama di usia anak-anak. Dibanding kelompok usia lain, pada kelompok 5-9 tahun, 10-14 tahun, dan 15-19 tahun yang selalu meningkat.

Mengkhawatirkan memang. Ya kalau umur belum mencapai 10 tahun saja sudah merokok, kasihan mereka kalau sudah tua nanti, kan. Apalagi mengingat bahwa rokok adalah barang yang membuat kecanduan. Berhenti total adalah hal yang sulit, tapi tak mustahil.

Serangan pemerintah dengan menaikkan cukai ini adalah hal yang bagus untuk mengurangi jumlah perokok. Saya yakin rencana ini harusnya menjadi jangka panjang. Rencana yang hasilnya baru terlihat 10 bahkan 30 tahun mendatang.
Menaikkan harga rokok bukan berarti pemerintah melarang untuk merokok. Ya cobalah kita lihat dari sisi positifnya, yaitu untuk kesehatan. Semua tentu sudah hafal dengan kalimat merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Sebuah peringatan yang begitu panjang dan tak efektif itu, masih ingat kan?

Lagipula jika dipikir lagi, mengurangi atau berhenti merokok juga bisa membantu untuk berhemat. Coba bayangkan, jika seorang perokok membeli satu bungkus tiap harinya. Artinya dia harus menyiapkan setidaknya Rp 1.500.000 per bulan. Kalau seseorang dengan penghasilan 3 juta per bulan, maka ia harus menyisihkan 50% pendapatannya untuk rokok. Banyak juga ya.

Maka dari itu, ambillah kesempatan ini untuk mencoba berhenti merokok. Ya daripada kita repot-repot menggunakan tameng petani tembakau atau nasib buruh pabrik rokok demi kelancaran merokok. Ya memang sulit menghilangkan kecanduan, tapi di dunia ini tak ada yang mustahil kok.

*****

Merokok sepertinya menjadi hal yang fleksibel ya, makanya sulit dihindari. Biasanya selain di waktu senggang, merokok juga bisa dilakukan sambil mengerjakan hal lain. Contohnya sambil bekerja atau sekadar membaca buku. Nah, saya mau kasih sedikit tips yang bisa membantu menahan dahaga asap nantinya. Santai sedikit ya, soalnya di atas serius banget tulisannya.
Olahraga

Olahraga adalah salah satu hal yang bisa mencegah kita merokok. Tapi pilih jenis olahraga yang benar-benar tak bisa merokok, jangan main catur. Contoh yang paling mudah adalah olahraga air. Renang atau mungkin polo air adalah salah satu contohnya. Kan ribet mau main polo air sambil ngerokok gimana coba.

Alternatif lain adalah lari atau jogging. Ini adalah olahraga yang paling terjangkau, hanya butuh waktu saja sebenarnya. Tak perlu repot-repot mencari tempat karena bisa dilakukan di mana saja selama masih di darat. Kalian juga bisa coba-coba ikut event lari yang semakin banyak diselenggarakan. Joggingnya pun ya beneran, bukan jalan-jalan santai keliling komplek, itu mah bisa sambil ngerokok.

Atau bisa juga dengan olahraga yang melibatkan tim, seperti sepakbola, futsal, basket, atau voli. Untuk orang yang hobi, tentu secara tak sadar akan lupa dengan rokok ketika bermain. Karena belum pernah lihat orang yang main futsal sambil merokok. Kalau ada pun paling cuma gaya-gayaan saja. Orang yang begitu lebih baik diajak untuk olahraga yang menggunakan tangan sekalian. Kan ribet mau main basket, voli, atau handball tapi sambil ngerokok gimana coba.

Selain untuk mengganggu godaan rokok, olahraga juga bagus toh untuk kesehatan. Walau cuma lari-lari kecil selama 30 menit sehari, pasti efeknya akan lebih terasa.

Pergi ke Tempat yang Melarang Rokok
Sejak dulu, anak muda sering kumpul-kumpul hanya karena ingin merokok. Alasannya karena mereka dilarang untuk merokok, setidaknya kalau pun mau jangan melakukannya di rumah. Maka dari itu mereka berkumpul untuk merokok (atau sekadar menyambung silaturahmi dan ngobrol ngalor-ngidul). Kebiasaan ini biasanya berlanjut untuk para ayah muda yang baru punya bayi tapi ingin merokok.

Hal itu bisa saja dihindari. Salah satunya adalah pindah tempat nongkrong. Cobalah sesekali ke kafe yang full A.C., jadi kan sulit untuk merokok. Tapi ya jangan sengaja pilih tempat yang dikhususkan untuk perokok, ya sama saja hasilnya. Kalian juga bisa coba ke perpustakaan atau tempat membaca lainnya. Biasanya tempat perpustakaan juga memeberikan larangan untuk merokok di areanya.

Sulit ya? Untuk lebih mudahnya kalian bisa cari kafe atau perpustakaan dengan layanan wifi gratis. Jadi perhatian akan teralih pada internet.

Alihkan Anggaran Rokok untuk Hal Lain 

Seperti yang telah saya sebutkan di atas, ini adalah kesempatan untuk berhemat. Daripada harus menyiapkan 1,5 juta per bulan untuk rokok, bukankah uang tersebut bisa digunakan untuk hal lain.

Contohnya, koleksi barang. Mengoleksi barang tentu membutuhkan dedikasi dan biaya yang tinggi. Toh banyak juga pilihan barang apa yang ingin dikoleksi. Apalagi di zaman internet mudah diakses seperti ini, kendala mencari barang bukan lagi perkara utama. Sebutlah seperti jersey klub olahraga, action figure, atau bahkan buku dan dvd.

Untuk perokok yang juga gemar mengoleksi barang, inilah kesempatan kalian untuk menabung. Setidaknya dengan alihan dana rokok, kalian bisa lebih cepat mengakses barang yang diinginkan.

Alternatif lainnya adalah nonton film. Dengan 50 ribu, kalian bisa menggunakannya untuk menonton film di bioskop. Nonton satu film sehari pun tak jadi masalah dengan uang segitu, tinggal pilih bioskop yang terjangkau saja, kan?

Nah, kalau bosan dengan film-film di bioskop, bisa juga digunakan untuk datang ke acara festival film atau screening film-film indie. Lumayan kan selain menambah wawasan tentang film, bisa juga ikutan diskusi sama peserta atau para pembuat filmnya. Siapa tahu bisa nambah bahan untuk menulis, hehe.

Ya, semoga tips di atas bisa membantu ya. Setidaknya bisa sedikit memberi ide untuk menghadapi serangan pemerintah nanti. Tapi satu hal yang harus diingat, pemerintah tidak melarang untuk merokok. Merokok boleh saja asal mampu.


*Catatan: Semua tulisan di atas boleh dihiraukan. Karena kalian baru saja membaca tulisan dari seorang perokok aktif.

Tuesday, August 23, 2016

Eksperimen Debut Frank De Boer

sumber foto: calcioin.it
Kekalahan rasanya bukan lagi menjadi hal yang mengejutkan bagi para penggemar Inter. Klub yang berkostum biru-hitam ini memang tengah mengalami masa-masa sulit. Lima tahun sudah Inter tak menggondol gelar apa pun. Ya jangankan bersaing berebut juara, untuk meraih tempat di zona Eropa pun sudah kesulitan.

Perubahan tentu harus dilakukan jika mereka masih ingin disebut sebagai raksasa Italia. Namun rasa-rasanya masalah yang ada di Inter memang tak berubah. Mulai dari inkonsistensi performa, strategi transfer pemain, hingga budaya gonta-ganti pelatih. Semua hal itu tak lelah dibahas oleh para Interisti dan jurnalis di dunia.

Pihak manajemen Inter harusnya tak menyalahkan pelatih atau pemain jika nantinya dalam beberapa pertandingan ke depan berjalan buruk. Pasalnya Frank De Boer, pelatih saat ini, hanya punya waktu singkat untuk mempersiapkan tim. 

Harus diingat bahwa Mancini dan De Boer memiliki gaya bermain yang berbeda. Sedangkan tim telah dipersiapkan untuk kebutuhan taktikal Mancini. Jadi De Boer mau tak mau menerapkan strateginya dengan pemain seadanya saja. Saat melawan Chievo, De Boer menerapkan pola 3-4-1-2. Dari sini kita bisa mulai membaca ide bermain pelatih asal Belanda tersebut.

Dia ingin membangun permainan dari kaki ke kaki, mulai dari lini pertahanan. Pakem tiga pemain belakang memang bukan hal baru yang dilakukan De Boer. Dia pernah menerapkan 3-4-3 bersama Ajax, meski lebih sering bermain dengan empat bek di lain kesempatan.

Pertanyaan terbesar adalah mengapa De Boer melakukan "eksperimen" saat melawan Chievo?

Keterbatasan Bek Tengah
 
Dia menyatakan bahwa alasannya adalah tingkat kebugaran pemainnya. Hal itu (katanya) disebabkan oleh jadwal pra musim yang tidak ideal dan melelahkan.

Mungkin bisa dimaklumi dengan absennya Jeison Murillo dan Cristian Ansaldi, pilihan bek tengah semakin menipis. Karena itu ia memilih menempatkan D'Ambrosio untuk menemani Miranda dan Ranocchia.

Namun saat melihat susunan pemain dan cadangan yang dibawanya, harusnya De Boer bisa menerapkan 4-3-3 atau 4-2-3-1. Ada alternatif untuk mengatasi pilihan di lini belakang, yaitu dengan menempatkan Gary Medel sebagai bek tengah, entah itu bersama Miranda atau Ranocchia.

Medel memiliki atribut yang dibutuhkan oleh De Boer. Dia bisa bertahan dengan baik dan mengontrol permainan dengan umpan-umpan pendek. Ya, mirip-mirip Mascherano atau Busquets di Barcelona, kan? Jika hal itu diterapkan, maka pilihan untuk lini tengah dan depan semakin variatif.

Berhati-hati

Menempatkan D'Ambrosio di posisi yang asing baginya adalah sebuah hal yang berani. Namun saya berpendapat sebaliknya, De Boer ingin bermain aman sebenarnya. Komposisi tiga pemain belakang bisa memudahkan ia untuk menerapkan posession football-nya.

D'Ambrosio adalah salah satu pemain "unik" menurut saya. Dia adalah pemain yang berposisi asli sebagai fullback/wingback, tetapi kurang bagus dalam membantu serangan. Justru ia lebih bagus soal bertahan.

Ia bukanlah pemain yang eksplosif seperti Lichtsteiner atau Dani Alves. Kemampuan umpan silangnya juga telah dicap buruk oleh Interisti. Karena itu ide untuk menempatkannya sebagai bek tengah cukup masuk akal. Namun karena tak terbiasa, walhasil ia begitu kewalahan mengatasi serangan balik Chievo.

De Boer memilih menduetkan Icardi dan Eder di lini depan, ketimbang memasang dua pemain sayap. Hal ini juga salah satu taktik hati-hati-nya. Kombinasi Eder-Icardi dan Banega di atas kertas memang bagus, sangat bagus.

Banega tak akan canggung memerankan posisi tersebut. Ia telah melakukan hal itu selama masa baktinya di Sevilla. Sedangkan Eder adalah tipe pemain yang bisa diberi instruksi untuk lebih banyak berlari dan membuka ruang, seperti yang dilakukannya saat berlaga di Piala Eropa.

Namun strateginya tak berjalan dengan baik. Inter kewalahan mengatasi serangan balik Chievo dan gagal mengubah peluang menjadi gol.  Kekalahan dari Chievo di pekan perdana memang bukan akhir dari segalanya. Toh, baru satu pertandingan. Satu dari total 38 pertandingan liga. Mereka masih punya waktu banyak untuk berbenah.

Ya, lebih tepatnya De Boer tak perlu repot-repot bereksperimen lagi. Silakan tunjukkan permainan ala De Boer yang sebenarnya, seperti yang anda lakukan di Ajax.

Sunday, August 7, 2016

Review Film: Life is Beautiful (1997)


Ketika pertama kali melihat judul film ini, ada beberapa pertanyaan besar di benak saya. Apa yang akan diceritakan oleh Roberto Benigni? Mungkinkah ia benar-benar membuat kisah tentang hidup yang indah, atau hanya bentuk sarkasme saja? Namun ada satu hal yang pasti, film ini akan menyinggung tentang arti hidup.

Terdengar agak klise jika berbicara tentang arti hidup ya. Toh, rasanya semua film bisa mengulas hal itu dengan caranya masing-masing. Namun saya akui cara Roberto Benigni patut diapresiasi tinggi dari kerja kerasnya di film ini.

Roberto memulai film dengan narasi singkat, “This is a simple story. But not an easy one to tell”. Tak hanya sebagai kalimat pembuka, tapi juga seolah menggiring antisipasi penonton pada apa yang akan terjadi di film. Ya, bagaimana sebuah cerita sederhana bisa begitu sulit untuk disampaikan.

Guido Orefice

Selain menjadi sutradara, Benigni juga memerankan tokoh utama bernama Guido Orefice. Dikisahkan Guido adalah pria yang periang dan penuh antusias. Dengan sifatnya tersebut, ia seolah bisa menutupi kekurangan yang ada pada dirinya. Ya tentu saja Guido bukanlah pria yang sempurna.

Namun hal yang paling menarik dari sosok Guido adalah sifat pantang menyerahnya. Jika menginginkan sesuatu, Guido akan mencari cara untuk mendapatkannya. Salah satu contoh adalah hubungannya dengan Dora (Nicoletta Braschi).


Terlepas dari pertemuan mereka yang cheesy, Guido terus berusaha merebut hati Dora. Mulai dari berpura-pura sebagai orang lain hingga “merebut” Dora dari kekasihnya saat itu. Meski baru berjumpa beberapa kali, Dora terpikat dengan ketulusan dan sifat ceria Guido hingga akhirnya mereka (tiba-tiba) menikah dan mempunyai seorang putra.

Contoh kecil lain adalah saat ia menginginkan topi kepunyaan pemilik toko jahit. Dengan entengnya dia berkata, “What a nice hat”, lalu menukarnya dengan topi miliknya. Meski sang pemilik toko berkali-kali menyadari dan menukar kembali topinya, Guido terus berusaha hingga ia mendapatkan topi yang diinginkannya.

Bisa dibilang, sifat pantang menyerahnya tersebut yang berperan besar dalam kehidupan Guido. Mulai dari kisah cintanya dengan Dora, saat bekerja dengan pamannya, hingga saat ia harus melindungi anak lelakinya, Joshua (Giorgio Cantarini).

Dua Sisi Film

Film ini memang dibentuk menjadi dua bagian yang besar. Pertama adalah cerita Guido sebelum menikah, dan yang kedua bercerita kehidupannya setelah memiliki putra. Bagian kedua inilah yang cukup mengejutkan.

Pasalnya kehidupan indah Guido yang bak dongeng tersebut direnggut oleh pecahnya Perang Dunia II. Guido, pamannya Eliseo (Giustino Durano), dan anaknya Joshua diangkut oleh pasukan Jerman. Alasannya karena mereka adalah Yahudi. Dora yang mengetahui hal tersebut akhirnya bersikeras untuk ikut ke penampungan, meski ia bukan seorang Yahudi.

Di film, penampungan tersebut digambarkan bahwa para tahanan diperlakukan secara tak manusiawi. Para lelaki dan wanita yang sehat dipaksa bekerja seharian, dan ditempatkan dalam satu ruangan sempit. Mereka hanya disediakan ranjang seadanya saja, berhimpitan dan penuh sesak. Sementara itu, para orang yang lebih uzur dan anak-anak akan dimasukkan ke dalam “shower”. Ya mereka akan dibantai sekaligus tanpa ampun.

Namun Benigni tak ingin membuat kesan yang kelam dari film ini. Ia berusaha untuk tetap menjaga arti Life is Beautiful sesederhana mungkin, kalau boleh saya bilang. Benigni tetap menjaga nuansa “ceria” dari film ini melalui sang tokoh utama, Guido.

Guido tentu ingin anaknya terus ceria seperti dirinya. Karena itu, ia memberi tahu Joshua bahwa mereka sedang berada dalam permainan besar alih-alih menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Ia berkata pada Joshua bahwa siapa pun yang mendapat 1000 poin akan menjadi pemenang dan meraih hadiah sebuah tank. Dengan segala usahanya, akhirnya Joshua pun tetap percaya dengan segala yang dikatakan Guido. Tragis.

Selain itu, Benigni juga menempatkan scoring yang “ceria” di adegan-adegan yang menempatkan Guido dan Joshua pada satu layar. Hal ini juga membawa pengaruh besar terhadap emosi penonton. Dengan ditambah dialog khas Guido, nuansa kelam pun seolah tertutupi meski tak hilang sepenuhnya.

****

Bagian kedua dari film ini memang krusial. Di sinilah saya mulai mempertanyakan apa yang ingin diwakili oleh kata-kata Life is Beautiful. Ya seakan dua pertanyaan saya bisa terjawab. Benar bahwa film ini mengisahkan tentang hidup yang indah, namun benar juga jika hal tersebut hanya sarkas saja, melihat dari apa yang menimpa Guido sampai akhir film.

Ya film ini tentu ingin membuktikan bahwa kata-kata Life is Beautiful memang benar. Hidup ini memang tak selalu indah, tentu ada konflik dan masalah yang mengiringi. Tinggal bagaimana cara kita menyikapinya.

Kita tak perlu menjadi Guido yang periang dan penuh antusias. Namun kita harus menjadi seseorang seperti Guido, yang tak pernah menyerah dengan keadaannya.

Postingan Populer