Wednesday, January 11, 2017

Resolusi Tahun 2017




 Mungkin terbilang telat jika saat ini saya baru berbicara tentang resolusi tahun 2017. Tapi ya tak apalah, karena saya baru benar-benar mengetahui apa yang harus saya lakukan selama setahun mendatang ini. Resolusi saya hanya satu, yaitu memperbaiki diri.

Terdengar agak klise ya. Namun jika dipikir lagi, baru kali ini saya benar-benar menemukan tujuan yang jelas dalam hidup. Selain itu, rasanya sudah terlalu lama saya tidak memperhatikan diri sendiri. Lebih tepatnya, terlalu memikirkan apa pandangan orang lain tentang saya. Kasihan juga diri ini.

Lagipula apalah arti daftar keinginan yang dibuat pada awal tahun. Sah saja memang jika menurut kalian itu bagus. Namun saya telah menyadari bahwa tak semua apa yang kita inginkan bisa terwujud sesuai harapan. Bukan berarti saya pesimis sepenuhnya, tidak juga. Karena saya juga yakin apa pun yang kita inginkan pasti terwujud, meski pun tak sama persis dengan yang dibayangkan.

Maka dari itulah saya berpikir, jika dunia tak berjalan dengan apa yang kita inginkan, satu-satunya yang bisa kendalikan ya hanya diri sendiri.

Namun saya sempat kebingungan mulai dari mana saya untuk memperbaiki diri. Beruntung saya sempat mendengar tentang 7 Habits, sebuah konsep yang dibuat oleh Stephen R. Covey. Covey juga menuangkannya dalam buku The 7 Habits of Highly Effective People.

Di dalam buku ini, Covey membagi tujuh langkah tersebut menjadi tiga bagian, Independence, Interdependence, dan Continuous Improvements. Secara kasar seperti ini:

Independence:
1.Be Proactive
2.Begin with End in Mind
3.Put First Things First

Interdependence:
4.Think Win-Win
5.Seek First to Understand, Then to be Understood
6.Synergize

Continuous Improvements:
7.Sharpen the Saw

Ya, cukup sederhana memang, bahkan tanpa harus melihat penjelasannya pun rasanya kita bisa mengerti apa yang dimaksud. Meski bagusnya membaca lebih lanjut karena akan dijelaskan secara lebih mendalam.

Maka dari itulah saya merasa, ini adalah salah satu cara yang bisa saya jadikan pedoman untuk satu tahun ke depan, mungkin lebih. Karena jujur saja, saya hampir tak pernah membaca buku atau artikel self help seperti ini, tapi saya begitu tertarik dengan 7 Habits ini. Alasannya ya karena sederhana dan bisa diterapkan oleh siapa saja.

Ya, itulah resolusi saya untuk tahun ini. Mencoba untuk menerapkan ketujuh langkah dari Covey. Saya yakin jika kebiasaan telah berubah menjadi lebih baik, impian dan keinginan pun akan datang menghampiri.


Sedikit catatan:

Setelah membaca 7 Habits, saya cukup kecewa. Karena jika dipikir, mengapa konsep ini tidak diajarkan saja di perkuliahan. Memang pasti ada beberapa jurusan yang diajarkan tentang konsep ini.

Saya rasa semua anak, khususnya yang baru lulus SMA harus membacanya. Karena di usia segitulah saat-saat kita mulai mencari jati diri dan kedewasaan. Lagipula kan pintar itu tak cukup untuk bertahan hidup, harus diiringi dengan kepribadian dan karakter yang baik juga.

Titik Terendah Hidup

Sumber Gambar: capslocknet.com

 Saya yakin, setiap orang pasti pernah berada di titik terendah dalam hidup. Titik di mana kita merasa begitu payah dan perlahan mulai kehilangan harapan. Masa-masa ketika kita merasa orang paling tidak beruntung dan bodoh di dunia ini. Tentu semua pasti pernah merasakannya.

Memang sulit ketika kita berada di titik rendah. Kondisi psikis yang sedang melemah malah membuat kita sulit untuk keluar dari situasi tersebut. Bahkan sampai ada orang yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, saking sulitnya untuk bangkit dari keterpurukan. Makanya, saya suka heran dengan cerita orang-orang yang bisa bangkit dan meninggalkan titik tersebut. Bagaimana caranya seseorang bisa setangguh itu.

Ya saya pun telah mengalami, bahkan beberapa kali, berada di titik terendah. Sudah beberapa kali saya menderita tekanan batin akbat kegagalan, dan juga kekecewaan yang timbul. Di masa-masa seperti itu, saya selalu teringat pada kalimat “hidup itu bagaikan roda yang selalu berputar.” Saya adalah salah satu orang yang percaya dengan pernyataan itu.

Namun ada satu hal yang selalu membuat saya khawatir dari pernyataan tersebut. Bagaimana jika ternyata titik terendah yang saya ucap itu baru setengah perjalanan saja? Bagaimana jika ternyata roda ini akan membawa saya ke titik yang lebih rendah lagi? Pemikiran itu selalu ada buat saya, sampai saat ini.

Apa saya harus diam saja menunggu roda yang tak berhenti berputar itu? Rasanya tidak. Mau tak mau saya harus memaksa mengubahnya, walau sulit. Mengapa saya bilang sulit? Karena untuk merubah keadaan itu, belum tentu kita bisa menerapkan hal yang sama dengan orang lain lakukan. Jika pun bisa, cara tersebut belum tentu juga akan memberi hasil yang sama. Satu-satunya jalan keluar adalah harus mencari cara yang tepat dan sesuai dengan diri kita.

Beruntung, saya telah menemukan cara yang tepat (bagi saya) untuk mengatasi hal tersebut. Yaitu dengan tidak mempedulikan apa reaksi dan pandangan orang. “Bodo amat,” kira-kira begitulah yang sering saya ucapkan (dalam hati) setiap harinya.

Ya karena memang ada orang-orang yang benar-benar harus diabaikan saja. Seperti orang yang bilang, “Wah kamu tuh harusnya dulu bla-bla-bla.” Karena ya omongannya tidak akan memberi efek apa-apa, kecuali rasa sebal. Jadi ya lebih baik diabaikan saja.

Saya pun sadar mengapa dulu rasanya begitu berat untuk keluar dari titik terendah. Alasannya adalah karena saya terlalu mengkhawatirkan apa pandangan orang tentang diri saya. Insecure kalau kata orang-orang bilang.

Berkat itu juga saya menyadari bahwa jika hidup ini terasa rumit, ya mengapa tidak dibuat lebih sederhana saja. Toh, menurut saya hidup ini kan penuh dengan pilihan, apa pun situasinya. Tapi juga kita harus tahu apa risiko dari sebuah pilihan. Ya, kan? Nah, saya memilih untuk menjadi orang yang lebih cuek, risikonya adalah mungkin orang-orang akan punya pandangan buruk pada saya.

Jadi untuk siapa pun yang sedang berada di titik terendah dalam hidupnya, tenang saja. Pasti kalian bisa menemukan cara yang sesuai untuk mengatasinya. Bagi yang belum merasakan titik tersebut, ya bersiap-siaplah dari sekarang.

Friday, January 6, 2017

Felipe Melo Pergi, Roberto Gagliardini pun Datang



Seperti yang terjadi di tiap tahunnya, Inter tentu akan berburu pemain di bursa transfer musim dingin. Sebagai klub yang besar juga Inter selalu dikait-kaitkan dengan banyak pemain. Hingga kini yang paling terdengar mungkin seperti Ricardo Rodriguez, Lucas Leiva, Milan Badelj, dan Roberto Gagliardini.

Untuk nama yang terakhir, Gagliardini, Inter disebut-sebut telah menyiapkan mahar sekitar 28 juta Euro. Bagi saya, itu adalah dana yang cukup besar untuk pemain berusia 22 tahun. Namun memang pihak manajemen Inter cukup serius dengan transfer Gagliardini.

Nama Gagliardini memang cukup asing di telinga, pasalnya memang pemain yang berposisi sebagai gelandang ini hanya bermain di tim-tim kecil Italia saja. Roberto Gagliardini adalah pemain jebolan akademi Atalanta, dia baru masuk ke tim senior di musim 2013/2014 lalu. Pada Januari 2014, pemain kelahiran Bergamo ini dipinjamkan ke Cesena, di mana ia mencetak gol pertamanya sebagai pemain profesional. Di dua musim berikutnya, Roberto kembali dipinjamkan ke Spezia dan Vicenza.

Singkatnya, musim ini adalah untuk pertama kalinya Roberto Gagliardini bermain di tim utama Atalanta. Di awal musim, Roberto belum mendapat kepercayaan penuh dari Gian Piero Gasperini, tapi seiring waktu ia mulai sering bermain sejak menit pertama. Lebih tepatnya di sekitar bulan Oktober ketika melawan Genoa, Gagliardini tampil sangat baik dengan mencetak satu asis untuk membawa Atalanta menang telak 3-0. Sejak itu, pemain kelahiran 7 April 1994 tersebut menjadi langganan starting line-up.

Namanya sempat mencuat ketika ia mulai dipanggil ke tim nasional U-20 di 2014 dan U-21 di tahun berikutnya. Berkat penampilan konsistennya, ia akhirnya mendapat kesempatan dipanggil ke tim senior pada November 2016 lalu. Ia dibawa oleh Gian Piero Ventura di laga kualifikasi Piala Dunia 2018 melawan Liechtenstein dan juga laga persahabatan melawan Jerman.

Alasan Ketertarikan Inter pada Gagliardini

Dari sekian banyak pemain, tentu ada alasan kuat mengapa Inter terlihat begitu antusias untuk memboyong Gagliardini. Sebagai pemain yang berposisi sebagai gelandang, Gagliardini tak hanya bagus dalam hal menyerang, tapi juga sering membantu pertahanan. Menurut statistik dari whoscored, Roberto cukup jeli dalam membaca permainan. Hal itu terbukti dari rataan intersepnya yang mencapai 1.5 per pertandingan, angka yang lumayan untuk seorang central midfielder.

Bisa dibilang salah satu kekuatan utamanya adalah dalam hal passing. Sejauh ini ia mencatat 435 umpan dengan persentase keakuratan mencapai 84,8%. Dari 13 laga di Serie-A, ia juga telah mencatat 8 umpan kunci, artinya ia juga punya potensi sebagai pencipta peluang bagi timnya, meski hanya mencetak 2 asis sejauh ini.

Rasanya cukup wajar jika klub sekaliber Inter pun ingin memboyong Roberto Gagliardini. Mengingat ia masih berusia 22 tahun, Gagliardini punya potensi untuk menjadi pemain besar. Ada bagusnya juga Inter tertarik padanya, karena biasanya Nerazurri lebih sering tertarik membeli pemain dari asing. Kita juga tahu para pemain muda Italia biasanya lebih sering bergabung dengan Juventus, Napoli, Milan, ataupun Roma. Mengingat Gagliardini telah menarik perhatian Ventura, tentu Inter tak ingin tersalip lagi dalam perebutan pemain masa depan Italia tersebut.

Bisakah Gagliardini Bersaing dengan Lini Tengah Inter?

Jawabannya tentu bisa, cuma sangat berat menurut saya. Pasalnya Inter yang kini dilatih oleh Stefano Pioli, paling sering memainkan pola 4-2-3-1. Dari delapan pertandingan, Pioli memainkan pakem tersebut di enam laga, sisanya menggunakan 3-4-3. Jadi secara kasar, di tiap laganya Inter butuh tiga orang gelandang. Maka dari itu, minimal Inter harus punya lima sampai enam pemain gelandang di skuadnya, tentu ini membuka peluang Gagliardini.

Namun yang menjadi tantangan besar adalah bagaimana seorang Roberto Gagliardini bisa menembus lini tengah Inter, yang diisi oleh pemain-pemain top dan sedang berada dalam kondisi terbaik saat ini. Dari melihat posisi bermain, Gagliardini kemungkinan besar akan ditempatkan sebagai salah satu pemain di belakang gelandang serang. Kemampuan bertahan Gagliardini tentu akan diperlukan sebagai penyeimbang di lini tengah.

Masalahnya, jika Gagliardini resmi berkostum Inter dan bergabung dengan skuad di sisa musim ini, mau tak mau ia harus bersaing dengan Marcelo Brozovic, salah satu pemain dengan penampilan terbaik di Inter sepanjang musim. Di bawah asuhan Pioli, Brozovic tak hanya berperan sebagai playmaker, ia juga menunjukkan ketajamannya dengan raihan empat gol. Selain itu, Brozovic juga rajin berkontribusi untuk pertahanan, karena titik serang bisa diserahkan pada gelandang serang yang berdiri di belakang penyerang utama. Bahkan rataan tackle-nya mencapai 2.5 per pertandingan.

Jika satu tempat telah dipastikan untuk Brozovic, bukankah masih ada satu slot lagi kan?

Nah masalahnya, Pioli tentu butuh pemain dengan tipe yang berbeda untuk menemani Brozovic. Hal itu memang terbukti, terkecuali saat melawan Genoa, Brozovic selalu dipasangkan dengan pemain yang lebih "bertenaga", yaitu antara Kondogbia ataupun Felipe Melo.

Kesempatan bermain untuk Gagliardini memang semakin terbuka, mengingat Felipe Melo telah setuju untuk pindah ke Palmeiras. Maka dari itu, Gagliardini kemungkinan besar akan bersaing dengan Kondogbia untuk menemani Brozovic. Lagipula perannya nanti mungkin akan mirip dengan apa yang dilakukannya di Atalanta, ia lebih sering ditempatkan di belakang gelandang serang, entah itu Alejandro Gomez atau Jasmin Kurtic. Namun Gagliardini juga punya kekurangan jika dibandingkan dengan Kondogbia, ia tak memiliki kemampuan dribel sebaik pemain asal Prancis tersebut.

Bagaimana dengan posisi di belakang penyerang? Rasanya Pioli pun tak akan mengambil risiko terlalu besar untuk menempatkan Gagliardini di posisi tersebut. Karena kini Inter memiliki dua pemain yang sedang bermain baik, Ever Banega dan Joao Mario. Maka dari itu posisi ideal untuk Gagliardini adalah bermain di belakang gelandang serang, entah itu dipasangkan dengan Brozovic atau mungkin Kondogbia.

Benarkah Ini Waktu yang Tepat untuk Gagliardini?

Jika berbicara tepat atau tidak, saya rasa transfer Gagliardini adalah hal yang sama-sama menguntungkan untuk kedua pihak. Pertama, Gagliardini akan diuntungkan dengan bergabung di klub sebesar Inter, mengingat kesempatan bermain semakin terbuka lebar, jika dia bisa meraih posisi reguler tentu akan jauh lebih baik untuk ke depannya. Belum lagi mengingat ia masih berusia 22 tahun, bermain reguler di Inter tentu akan berpengaruh besar terhadap perkembangan kariernya.

Bagi Inter sendiri, memiliki pemain muda Italia yang punya potensi besar tentu menjadi keuntungan tersendiri. Karena seperti yang kita tahu, Inter lebih dikenal sering membeli pemain senior atau pemain asing. Selain itu, jika penampilan Gagliardini semakin meningkat dan menempati posisi reguler, bisa saja ia akan dijual dengan harga yang jauh lebih tinggi beberapa tahun ke depan.

Namun jika melihat dari skuad Inter, Stefano Pioli memang telah mengiyaratkan bahwa ia butuh gelandang dengan tipe yang jauh lebih defensive ketimbang Gagliardini. Maka dari itu sejak beberapa waktu lalu Inter telah dihubung-hubungkan dengan beberapa nama seperti Lucas Leiva, Luiz Gustavo, Obi Mikel, dan Milan Badelj. Nyatanya, Inter lebih dulu merekrut Gagliardini, apakah ia akan diasah menjadi pemain yang lebih defensive, bisa saja.

Tantangannya adalah dari manajemen Inter. Kita tahu meski kini Stefano Pioli berhasil mengangkat permainan Inter, nasibnya di akhir musim nanti belum tentu aman. Bisa jadi Pioli akan digantikan oleh pelatih lain sebagus apa pun prestasi yang diraih. Kekhawatiran saya adalah jika berganti pelatih, kemungkinan Gagliardini akan ditendang pun pasti ada.

Kesimpulan

Menurut saya, transfer Gagliardini adalah salah satu langkah yang cukup tepat. Inter melepas Melo dan menggantinya dengan pemain gelandang juga. Soal tiper bermain memang mereka memiliki perbedaan, namun hal ini lebih kepada masalah regenerasi skuad, mengingat Melo yang menginjak 33 tahun dan tak bisa bermain prima dan garang seperti beberapa tahun lalu. Selain itu, semakin banyaknya pemain Italia di skuad Inter tentu akan memudahkan Inter untuk bermanuver jika sewaktu-waktu ingin merekrut pemain asing lainnya. Lagipula karena Gagliardini adalah pemain lokal, rasanya ia tak akan kesulitan untuk beradaptasi.

Namun sayangnya, harga 28 juta Euro bagi saya terlalu tinggi untuk ukuran Gagliardini. Sebagai pemain yang kemungkinan besar tak akan langsung menjadi pilihan utama, mahar setinggi itu adalah sebuah pertaruhan yang cukup berani.

Postingan Populer