Sunday, November 25, 2012

Dipimpin oleh Peminpin Pimpinan

Dipimpin oleh Peminpin Pimpinan

Banyak orang bilang, pemimpin dan pimpinan adalah dua hal yang berbeda dan sama. Berbeda dan sama? Aneh ya. Ya karena orang bilang pimpinan adalah seseorang atau sekelompok yang memimpin dan diakui karena jabatan, pengangkatan formal, resmi, atau ikatan saja. Dan pemimpin adalah seseorang atau kelompok yang memimpin berdasarkan pengakuan oleh "bawahan" atau lebih dianggap pantas. Berbeda memang, tapi sama. Ya sama-sama memimpin. sama-sama punya kekuatan dan kuasa, walaupun berbeda. Toh kalian yang membedakan, kalian yang menyamakan. Hehehe.

Sebenarnya apapun sebutannya, apapun julukannya, semua orang adalah pemimpin. Ya setidaknya itu pemimpin dirinya sendiri. Hehehe. Mereka sama-sama memiliki tanggung jawab kepada tugas dan kewajibannya masing-masing. Contohnya, kalau presiden, pemimpin rakyat dan warga negaranya. Kalau pelatih sepakbola, pemimpin atas pemain-pemainnya. kalau dosen memimpin mahasiswa terhadap mata kuliahnya. kalau pembantu, ya memimpin atas tanggung jawab kebersihan rumah dan harta sang majikan.

Dipimpin oleh pemimpin pimpinan.

Ya pada artinya kita semua ini adalah pemimpin, kita dipimpin oleh seorang pemimpin yang memimpin pimpinan. Ribet ya kalimatnya? Hehehe. Itu cuma permainan kata aja. Artinya, seorang pimpinan, seperti presiden pasti dibantu oleh tokoh-tokoh masyarakat yang punya nilai lebih di mata rakyat.Tokoh masyarakat boleh disebut pemimpin karena diakui oleh rakyat. Presiden boleh disebut pimpinan karena jabatan resminya. Rakyat pun boleh disebut pemimpin dan pimpinan. Karena jabatan resminya hanya bawahan dan karena mereka punya tanggung jawab atas dirinya masing-masing. Hehehe. Ribet ya?

Toh presiden bekerja dan mengambil keputusan berdasarkan kebutuhan dan keinginan rakyatnya. Begitupun dengan tokoh-tokoh masyarakat yang sering mendengarkan dan menyampaikan keingingan dan kebutuhan rakyatnya.

Ya semua itu sederhana. Tapi ribet. Sama seperti kalian yang membedakan pemimpin dan pimpinan. Jadinya aku iseng untuk menulis tentang ini. Hehehe. :D  

Tuesday, October 9, 2012

Jika Anak dan Ia Akan Terbiasa

Jika Anak dan Ia Akan Terbiasa

 Jika anak banyak dicela, Ia akan terbiasa menyalahkan.

Jika anak banyak dimusuhi, Ia akan terbiasa menentang.

Jika anak dihantui ketakutan, Ia akan terbiasa merasa cemas.

Jika anak banyak dikasihani, Ia akan terbiasa meratapi nasibnya.

Jika anak dikelilingi olok-olok, Ia akan terbiasa menjadi pemalu.

Jika anak dikitari rasa iri, Ia akan terbiasa merasa bersalah.

Jika anak serba tak dimengerti, Ia akan terbiasa menjadi penyabar.

Jika anak banyak diberi dorongan moral, Ia akan terbiasa percaya diri.

Jika anak banyak dipuji, Ia akan terbiasa menghargai.

Jika anak diterima oleh lingkungannya, Ia akan terbiasa menyayangi.

Jika anak tidak banyak dipersalahkan, Ia akan terbiasa senang menjadi dirinya.

Jika anak mendapatkan pengakuan dari sekelilingnya, Ia akan terbiasa menetapkan arah langkahnya.

Jika anak diperlakukan dengan jujur, Ia akan terbiasa melihat kebenaran.

Jika anak ditimang berat sebelah, Ia akan terbiasa melihat keadilan.

Jika anak mengenyam rasa aman, Ia akan terbiasa mengandalkan diri dan memercayai orang sekitar.

Jika anak dikerumuni keramahan, Ia akan terbiasa berpendirian.

Bagaimana dengan kamu?

Yang manakah masa kecilmu?

Anak seperti apa kamu?

Ini hanya gambaran. Bukan kenyataan keseluruhan. :)

Saturday, September 1, 2012

Fenomena Mutisme Elektif


Beri aku laptop, maka aku dengan senang hati akan menghabiskan waktu sebanyak yang aku mau untuk bermain-main dengannya. Atau, cukup beri aku buku saja, aku akan merasa lebih dekat lagi dengannya, aku lebih menyukainya daripada orang.

Aku juga menyukai hujan. Karena saat berjalan dalam hujan, payung, properti sederhana yang cukup berarti dalam hidupku, membantu menyembunyikan wajahku dari tatapan orang. Aku merasa orang selalu memperhatikanku. Itu membuatku merasa tidak nyaman.

Sebegitu buruknyakah Aku? Ya, dan tidak.

Kelemahanku lebih kuat pengaruhnuya masuk ke dalam diriku, sehingga menutupi kelebihan, mengalahkan potensi, mengabaikan akal sehat, serta mematahkan keinginan dan khayalanku akan masa depan.

Ini masalah yang mengusik hidupku, masalah terbesar dalam hidupku, dan ini membuatku frustasi. Kalau ada yang mencoba mengakhiri hidupnya karena depresi, aku mengerti hal itu, walaupun itu bukan tindakan yang benar. Aku memahaminya, karena aku pernah begitu frustasi sehingga aku menginginkan hidupku segera berakhir.



Di atas adalah sepenggal cerita yang saya ambil dari buku It's Me karya Yuyun Yuliani. Buku ini mengisahkan tentang pengalaman nyata seorang penyandang Mutisme Elektif. Salah satu gangguan fungsi sosial di mana seseorang mampu berbicara, tapi enggan melakukannya karena alasan emosional.

Tidakkah aneh? Mungkin selama ini kita belum mengetahui sama sekali tentang ini. Saya pun, tahu setelah membaca buku itu. Yah cukup shock juga ketika membacanya, pasti akan berpikir "Kok ada ya orang seperti ini?" "Kok bisa ya seperti ini?" "Apa susahnya sih tinggal ngomong doang kok?" Ya jika mengingatnya sekali lagi ya ini sebuah gangguan sosial semacem fobia yang tidak bisa dihilangkan begitu saja kan?

Menurut saya, Mutisme Elektif jauh lebih "mematikan" daripada Narkoba. Karena dia akan tersiksa jika mengobrol dengan orang asing, merasa terancam. Apalagi di dalam keramaian, kerumunan banyak orang. Bagaimana dia hidup di dalam dunia yang ada bermilyar-milyar manusia yang berbeda-beda? Bandingkan dengan pecandu Narkoba yang akan bahagia ketika berkumpul bersama teman-teman menggunakan obat-obatan terlarang bersama. Sungguh menyedihkan.

Ya mulai sekarang, kita harus lebih memperhatikan seorang anak yang lebih memilih menonton tv, mengurung diri di kamar dan di rumah daripada harus bermain bersama teman-teman sekolah atau sebayanya. Harus mencoba memperhatikan orang yang lebih pendiam dari kebanyakan orang pendiam. Karena mungkin, mereka adalah salah satunya. Mutisme Elektif.

Thursday, August 30, 2012

Sekelumit Pujian Untuk Sapi

Sapi....

Bila di kala itu hujan tak turun, sapi itu bangun dan terus keluar ke padang rumput tanpa harus menunggu dan mengetahui ataupun mendengarkan ramalan cuaca atau laporan produksi pertanian.

Bila sumur-sumur mengering karena kemarau, sapi itu terus menyusuri mencari mata air tanpa putus asa.

Ketika salju dan badai datang menerpa, sapi itu berlari mencari perlindungan di bawah pepohonan besar dan memakan dedaunan yang ada.

Semua itu dilakukan jauh sebelum manusia memeras biji-bijian kapan menjadi bungkil yang amat berharga.



Sapi...

Tidak bergantung pada peraturan pemerintah untuk memperoleh perlindungan.

Lebih mengandalkan ketajaman tanduk dan perasaannya untuk menghalau dan melawan serigala dan coyote yang mengancam jiwanya.

Tidak mempedulikan batas-batas karantina resmi dan hidup tanpa itu.

Menggosok-gosokkan badan ke batang pohon sebelum orang menemukan rotan.

Mampu membesarkan anak tanpa vaksin.

Tidak ada penyakit demam yang menghantuinya dalam perjalanan ribuan mil sampai ke pasar.


Sapi...

Menyesuaikan perkembangan dirinya dengan apa yang tersedia di atas padang gembala.

Menerapkan program perbaikan padang gembala yang efisien, dengan hanya minum air dan hanya makan rumput.



Sapi...

itu menghasilkan jutaan ekor sapi yang bergerak dari Texas ke pasar yang demikian jauh.

Ia berperan penting secara ekonomis setelah timbulnya Perang Sipil.

Sapi itu dengan cepat mengubah lahan yang tidak terpakai menjadi kawasan industri ternak yang produktif. cukup 20 tahun lamanya.

Tidak pernah menyebabkan seorang peternak bangkrut meskipun ada fluktuasi dari segi usaha.

Tapi menyuplai daging yang dapat terbeli oleh masyarakat.



Pada akhirnya....

Ia merangsang timbulnya memori yang indah pada orang-orang saat itu.

Untuk membangunkan sebuah monumen untuknya,

Sapi Longhorn Texas...




(A Bit of Bragging About a Cow - Evetts Haley)


Wednesday, August 29, 2012

Katanya...

Luthfy Nurcahya Fakhrurozie. Itu nama lengkapnya.

Katanya...

Penggemar sepakbola dan Internazionale Milano.

Katanya...

Penikmat musik dan musisi Blink-182.

Katanya...

Kuliah di bidang Peternakan.

Katanya...

Itu katanya. Katanya kenyataan. Kata hati. Bukan kata Kartu Tanda Penduduk.

Katanya...


Postingan Populer