Saturday, September 1, 2012

Fenomena Mutisme Elektif


Beri aku laptop, maka aku dengan senang hati akan menghabiskan waktu sebanyak yang aku mau untuk bermain-main dengannya. Atau, cukup beri aku buku saja, aku akan merasa lebih dekat lagi dengannya, aku lebih menyukainya daripada orang.

Aku juga menyukai hujan. Karena saat berjalan dalam hujan, payung, properti sederhana yang cukup berarti dalam hidupku, membantu menyembunyikan wajahku dari tatapan orang. Aku merasa orang selalu memperhatikanku. Itu membuatku merasa tidak nyaman.

Sebegitu buruknyakah Aku? Ya, dan tidak.

Kelemahanku lebih kuat pengaruhnuya masuk ke dalam diriku, sehingga menutupi kelebihan, mengalahkan potensi, mengabaikan akal sehat, serta mematahkan keinginan dan khayalanku akan masa depan.

Ini masalah yang mengusik hidupku, masalah terbesar dalam hidupku, dan ini membuatku frustasi. Kalau ada yang mencoba mengakhiri hidupnya karena depresi, aku mengerti hal itu, walaupun itu bukan tindakan yang benar. Aku memahaminya, karena aku pernah begitu frustasi sehingga aku menginginkan hidupku segera berakhir.



Di atas adalah sepenggal cerita yang saya ambil dari buku It's Me karya Yuyun Yuliani. Buku ini mengisahkan tentang pengalaman nyata seorang penyandang Mutisme Elektif. Salah satu gangguan fungsi sosial di mana seseorang mampu berbicara, tapi enggan melakukannya karena alasan emosional.

Tidakkah aneh? Mungkin selama ini kita belum mengetahui sama sekali tentang ini. Saya pun, tahu setelah membaca buku itu. Yah cukup shock juga ketika membacanya, pasti akan berpikir "Kok ada ya orang seperti ini?" "Kok bisa ya seperti ini?" "Apa susahnya sih tinggal ngomong doang kok?" Ya jika mengingatnya sekali lagi ya ini sebuah gangguan sosial semacem fobia yang tidak bisa dihilangkan begitu saja kan?

Menurut saya, Mutisme Elektif jauh lebih "mematikan" daripada Narkoba. Karena dia akan tersiksa jika mengobrol dengan orang asing, merasa terancam. Apalagi di dalam keramaian, kerumunan banyak orang. Bagaimana dia hidup di dalam dunia yang ada bermilyar-milyar manusia yang berbeda-beda? Bandingkan dengan pecandu Narkoba yang akan bahagia ketika berkumpul bersama teman-teman menggunakan obat-obatan terlarang bersama. Sungguh menyedihkan.

Ya mulai sekarang, kita harus lebih memperhatikan seorang anak yang lebih memilih menonton tv, mengurung diri di kamar dan di rumah daripada harus bermain bersama teman-teman sekolah atau sebayanya. Harus mencoba memperhatikan orang yang lebih pendiam dari kebanyakan orang pendiam. Karena mungkin, mereka adalah salah satunya. Mutisme Elektif.

Postingan Populer