Thursday, January 29, 2015

Romantis


Romantis. Kata yang sering terucap jika berbicara tentang cinta. Kata romantis memang terasa dekat dengan yang namanya cinta. Dua hal ini selalu saja dikait-kaitkan satu sama lain. Di dalam suatu hubungan, memang dibutuhkan sentuhan romantisme. Tujuannya sih baik, untuk menjaga keutuhan dan mencegah kebosanan dari jenuhnya sebuah pasangan. Benarkah?

Sebelum berbicara lebih jauh, mari kita coba mengerti apa itu romantis. Menurut KBBI, romantis adalah kata yang ditujukan kepada hal-hal bersifat mesra, mengasyikan, dan juga seperti pada cerita percintaan (roman). Sebenarnya, arti romantis lebih daripada sekedar percintaan. Karena kata romantis berawal dari istilah yang mengacu kepada sebuah gaya menulis, berbicara, dan artistik. Sebelum dikembangkan lebih jauh menjadi sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan dan erotisme. Hingga sekarang lebih menuju kepada percintaan.

Berbicara tentang romantis dan percintaan, saya teringat kalimat pacar yang sering terucap dari mulutnya. “Kamu ih, gak romantis banget. Gak so sweet”. Ya, bisa dibilang jika dibandingkan dengan kebanyakan pria lain saya memang kurang romantis, setidaknya di mata pacar. Awalnya sih cuek saja, namun lama kelamaan gerah juga mendengar kalimat itu berkali-kali.


Saya pun mulai berpikir, “Apa iya gak romantis?”. Kalau diingat-ingat kembali, ya kurang lebih hal-hal berbau mesra dan romantis itu tentu saja saya lakukan. Walau sederhana, seperti memberi bunga atau kejutan-kejutan kecil lainnya. Namun, tetap saja kalimat itu kadang terucap kembali. Aneh.


Dari situ mulailah ide untuk mencari sebab mengapa si pacar sering mengucapkan kalimat itu. Hal yang mudah tentunya, karena setiap hari kita berkomunikasi secara intens walau jarang bertemu langsung. Saya mulai lebih memperhatikan kebiasaannya, kesehariannya, dan lingkungan sekitarnya. Ada satu kebiasaannya yang mulai mengganggu saya, keranjingan serial drama Korea.


Merasa terganggu, karena dia sering mengucapkan kalimat itu adalah ketika usai menonton serial drama Korea. Ya, yang notabene memang menonjolkan sisi romantisme dalam alur ceritanya. Saya mulai berpikir ini berpengaruh besar terhadap penilaian romantisme saya.


Karena penasaran, saya coba menonton beberapa judul serial dan film nya. Dari situ, walau ceritanya berbeda-beda namun ada satu kesamaan yang saya dapat, para pria lebih banyak melakukan hal-hal yang sebenarnya sepele. Seperti memberi jaket ketika kehujanan atau menggandeng tangan saat berjalan serta masih banyak yang lain. Lebih kepada sifat perhatian sebenarnya, bukan kepada hal yang mewah seperti makan malam di restoran elit misalnya.


Akhirnya, saya putuskan untuk mencoba melakukan hal-hal kecil itu. Saya ajak dia untuk jalan dan menonton film Big Hero 6. Dimulai dari saat perjalanan pergi hingga pulang dipenuhi dengan obrolan-obrolan yang lebih perhatian. Nyatanya memang berhasil, si pacar pun bilang “Makasih ya, kamu tumben baik banget hari ini”.


Tiba-tiba saya teringat perkataan komedian Pandji Pragiwaksono dalam sebuah bit-nya yang menyatakan bahwa wanita lebih suka diperhatikan dibanding disanjung. Saya benar-benar mengerti apa artinya sejak saat itu. Tapi ada yang mengganjal, bagaimana dengan apresiasi seperti memberi bunga dan lain sebagainya?


Jika diperhatikan memang ada tipe pria yang senang memberi bunga dan sebagainya. Dan, pria yang tak seperti itu. Saya memang bukan tipe pria yang suka memberi bunga. Tepatnya, lebih menyukai untuk memberi yang lebih berarti atau bermanfaat. Bahkan seorang teman lama pernah berkata, “Lo harus diajarin masalah percintaan nih, kaku banget. Lo juga jangan sering cemburu lah, buat apa sih”.


Bukan salah saya jika teman lama ini berkata seperti itu. Setidaknya itulah yang tergambar dari sudut pandang dirinya. Tentu saja saya tak setuju karena kita memiliki pemikiran yang berbeda. Sering terpikir, untuk apa kita sering-sering memberi bunga kalau nantinya hubungannya tak berjalan mulus.


Untuk masalah kecemburuan, saya pikir ini adalah sisi paling menarik dalam sebuah hubungan. Rasa cemburu memang selalu hadir. Bagi saya, cemburu wajib ada di setiap percintaan. Karena cemburu adalah sebuah bukti kita menyayangi sesuatu. Walau memang jika berlebihan akan berujung kerusakan. Ah, bukankah cemburu itu begitu romantis bukan?


Dari situ, saya bisa mengambil kesimpulan. Mungkin ini akan menenangkan para hati wanita yang bingung dengan romantisme pasangannya. Jadi, percayalah setiap pria adalah orang yang romantis. Hanya pendekatan dan penyampaiannya saja yang berbeda-beda. Tinggal bagaimana kalian para wanita untuk memahaminya. Dan lagi, yang terpenting adalah cinta. Karena yang namanya cinta, romantisme akan muncul dengan sendirnya. Belum tentu berlaku jika sebaliknya.


Oh iya, waktu itu ketika saya memberi bunga, si pacar bilang, “Makasih ya, kamu sering-sering ya kayak gini”. Saya jawab, “Enggak ah, kalau sering-sering nanti bosan. Sesuatu yang berlebihan kan gak baik”. Dia pun hanya tersenyum kecut.

Friday, January 2, 2015

Malam Tahun Baru

Suara-suara ledakan khas dari kembang api mulai sayup-sayup terdengar beberapa saat setelah adzan isya berkumandang. Dari jendela kamar, terlihat orang-orang mulai menyiapkan kendaraannya. Dengan berpenampilan lebih rapi dibanding biasa yang saya lihat, sesekali mengecek semua persiapan sebelum meluncur ke tempat tujuan. Mereka siap untuk bersukacita merayakan tahun baru.

Malam tahun baru memang menyenangkan. Jarang sekali melihat malam yang lebih ramai. Lebih dari itu, mayoritas manusia di Bumi pun turut serta merayakannya. Antusiasme menyambut tahun baru yang akan segera datang. Entahlah, saya hanya suka melihat kejadian yang jarang ditemui sehari-hari.

Begitu pun dengan saya yang bersiap berjumpa teman-teman lama. Ya, tak ada pesta mewah hanya berkumpul seperti biasa. Meluangkan waktu, berbagi cerita, dan bercanda sebagaimana yang selalu kita lakukan setiap hari dulu. Kami hanya sekedar duduk-duduk dengan ditemani beberapa gelas kopi hangat dan sebungkus rokok di depan sebuah ruko. Ya, tempat yang sama selama bertahun-tahun untuk berkumpul.

Di sana tak ada apa-apa, hanya sebuah warung kecil yang menemani hingga larut malam. Sambil sesekali melihat kembang api dinyalakan, sudah cukup puas untuk kita. Walau terlihat sederhana, ada satu yang membuat ini sedikit spesial, waktu.

Di dunia ini, apalah yang lebih berharga dari waktu. Waktu tak bisa diputar kembali. Di tengah-tengah kesibukannya masing-masing, mereka masih bisa menyisihkan waktu untuk kembali berkumpul bersama. Kalau diingat, meski kita berasal dari kota Bogor, hanya saya yang melanjutkan studi di kota ini. Jadi bisa dibilang, untuk berkumpul hanya pada saat-saat seperti ini. Liburan di kampung halaman.

Pukul dua pagi kita memutuskan untuk pulang dan beristirahat. Sambil merebahkan diri dan mencoba menikmati suasana dingin dini hari, saya membuka beberapa media sosial. Banyak yang mulai melihat refleksi mereka di tahun lalu. Apa yang terjadi, apa yang sudah dilakukan, apa yang terlewatkan, dan masih banyak pengalaman lainnya. Resolusi pun mulai bermunculan terdengar di telinga. Kita hanya bisa berharap semua bisa terlaksana.

Sebelum terlelap, ada satu resolusi yang lebih kepada harapan. Semoga saya dan teman-teman lama ini bisa selalu dipertemukan kembali di tahun-tahun berikutnya. Amin.

Postingan Populer