Wednesday, January 11, 2017

Titik Terendah Hidup

Sumber Gambar: capslocknet.com

 Saya yakin, setiap orang pasti pernah berada di titik terendah dalam hidup. Titik di mana kita merasa begitu payah dan perlahan mulai kehilangan harapan. Masa-masa ketika kita merasa orang paling tidak beruntung dan bodoh di dunia ini. Tentu semua pasti pernah merasakannya.

Memang sulit ketika kita berada di titik rendah. Kondisi psikis yang sedang melemah malah membuat kita sulit untuk keluar dari situasi tersebut. Bahkan sampai ada orang yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, saking sulitnya untuk bangkit dari keterpurukan. Makanya, saya suka heran dengan cerita orang-orang yang bisa bangkit dan meninggalkan titik tersebut. Bagaimana caranya seseorang bisa setangguh itu.

Ya saya pun telah mengalami, bahkan beberapa kali, berada di titik terendah. Sudah beberapa kali saya menderita tekanan batin akbat kegagalan, dan juga kekecewaan yang timbul. Di masa-masa seperti itu, saya selalu teringat pada kalimat “hidup itu bagaikan roda yang selalu berputar.” Saya adalah salah satu orang yang percaya dengan pernyataan itu.

Namun ada satu hal yang selalu membuat saya khawatir dari pernyataan tersebut. Bagaimana jika ternyata titik terendah yang saya ucap itu baru setengah perjalanan saja? Bagaimana jika ternyata roda ini akan membawa saya ke titik yang lebih rendah lagi? Pemikiran itu selalu ada buat saya, sampai saat ini.

Apa saya harus diam saja menunggu roda yang tak berhenti berputar itu? Rasanya tidak. Mau tak mau saya harus memaksa mengubahnya, walau sulit. Mengapa saya bilang sulit? Karena untuk merubah keadaan itu, belum tentu kita bisa menerapkan hal yang sama dengan orang lain lakukan. Jika pun bisa, cara tersebut belum tentu juga akan memberi hasil yang sama. Satu-satunya jalan keluar adalah harus mencari cara yang tepat dan sesuai dengan diri kita.

Beruntung, saya telah menemukan cara yang tepat (bagi saya) untuk mengatasi hal tersebut. Yaitu dengan tidak mempedulikan apa reaksi dan pandangan orang. “Bodo amat,” kira-kira begitulah yang sering saya ucapkan (dalam hati) setiap harinya.

Ya karena memang ada orang-orang yang benar-benar harus diabaikan saja. Seperti orang yang bilang, “Wah kamu tuh harusnya dulu bla-bla-bla.” Karena ya omongannya tidak akan memberi efek apa-apa, kecuali rasa sebal. Jadi ya lebih baik diabaikan saja.

Saya pun sadar mengapa dulu rasanya begitu berat untuk keluar dari titik terendah. Alasannya adalah karena saya terlalu mengkhawatirkan apa pandangan orang tentang diri saya. Insecure kalau kata orang-orang bilang.

Berkat itu juga saya menyadari bahwa jika hidup ini terasa rumit, ya mengapa tidak dibuat lebih sederhana saja. Toh, menurut saya hidup ini kan penuh dengan pilihan, apa pun situasinya. Tapi juga kita harus tahu apa risiko dari sebuah pilihan. Ya, kan? Nah, saya memilih untuk menjadi orang yang lebih cuek, risikonya adalah mungkin orang-orang akan punya pandangan buruk pada saya.

Jadi untuk siapa pun yang sedang berada di titik terendah dalam hidupnya, tenang saja. Pasti kalian bisa menemukan cara yang sesuai untuk mengatasinya. Bagi yang belum merasakan titik tersebut, ya bersiap-siaplah dari sekarang.

No comments:

Post a Comment

Postingan Populer