Saya yakin, setiap orang pasti pernah berada di titik terendah dalam
hidup. Titik di mana kita merasa begitu payah dan perlahan mulai kehilangan
harapan. Masa-masa ketika kita merasa orang paling tidak beruntung dan bodoh di
dunia ini. Tentu semua pasti pernah merasakannya.
Memang sulit ketika kita berada di titik rendah. Kondisi psikis yang
sedang melemah malah membuat kita sulit untuk keluar dari situasi tersebut.
Bahkan sampai ada orang yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, saking
sulitnya untuk bangkit dari keterpurukan. Makanya, saya suka heran dengan
cerita orang-orang yang bisa bangkit dan meninggalkan titik tersebut. Bagaimana
caranya seseorang bisa setangguh itu.
Ya saya pun telah mengalami, bahkan beberapa kali, berada di titik
terendah. Sudah beberapa kali saya menderita tekanan batin akbat kegagalan, dan
juga kekecewaan yang timbul. Di masa-masa seperti itu, saya selalu teringat
pada kalimat “hidup itu bagaikan roda yang selalu berputar.” Saya adalah salah
satu orang yang percaya dengan pernyataan itu.
Namun ada satu hal yang selalu membuat saya khawatir dari pernyataan
tersebut. Bagaimana jika ternyata titik terendah yang saya ucap itu baru
setengah perjalanan saja? Bagaimana jika ternyata roda ini akan membawa saya ke
titik yang lebih rendah lagi? Pemikiran itu selalu ada buat saya, sampai saat
ini.
Apa saya harus diam saja menunggu roda yang tak berhenti berputar itu?
Rasanya tidak. Mau tak mau saya harus memaksa mengubahnya, walau sulit. Mengapa
saya bilang sulit? Karena untuk merubah keadaan itu, belum tentu kita bisa
menerapkan hal yang sama dengan orang lain lakukan. Jika pun bisa, cara
tersebut belum tentu juga akan memberi hasil yang sama. Satu-satunya jalan
keluar adalah harus mencari cara yang tepat dan sesuai dengan diri kita.
Beruntung, saya telah menemukan cara yang tepat (bagi saya) untuk
mengatasi hal tersebut. Yaitu dengan tidak mempedulikan apa reaksi dan
pandangan orang. “Bodo amat,” kira-kira begitulah yang sering saya ucapkan
(dalam hati) setiap harinya.
Ya karena memang ada orang-orang yang benar-benar harus diabaikan saja.
Seperti orang yang bilang, “Wah kamu tuh harusnya dulu bla-bla-bla.” Karena ya
omongannya tidak akan memberi efek apa-apa, kecuali rasa sebal. Jadi ya lebih
baik diabaikan saja.
Saya pun sadar mengapa dulu rasanya begitu berat untuk keluar dari
titik terendah. Alasannya adalah karena saya terlalu mengkhawatirkan apa
pandangan orang tentang diri saya. Insecure kalau kata orang-orang bilang.
Berkat itu juga saya menyadari bahwa jika hidup ini terasa rumit, ya
mengapa tidak dibuat lebih sederhana saja. Toh, menurut saya hidup ini kan
penuh dengan pilihan, apa pun situasinya. Tapi juga kita harus tahu apa risiko
dari sebuah pilihan. Ya, kan? Nah, saya memilih untuk menjadi orang yang lebih
cuek, risikonya adalah mungkin orang-orang akan punya pandangan buruk pada
saya.
Jadi untuk siapa pun yang sedang berada di titik terendah dalam
hidupnya, tenang saja. Pasti kalian bisa menemukan cara yang sesuai untuk mengatasinya.
Bagi yang belum merasakan titik tersebut, ya bersiap-siaplah dari sekarang.
No comments:
Post a Comment