Thursday, December 18, 2014

Arrow: Drama dengan Bumbu Superhero

Jika diperhatikan tiap tahun sepertinya semakin banyak film-film yang bertema superhero. Sebagian dikenal dari DC dan Marvell, dua penerbit buku komik terbesar di dunia. Kita sudah mengenal baik pastinya dengan nama-nama seperti Superman, Batman, Captain America, Hulk, Iron Man, dan banyak lainnya. Diantara semua itu karakter Marvell memang lebih banyak diadaptasi ke layar lebar. Apalagi dengan keberhasilan The Avengers dan X-Men beserta sekuelnya, bisa jadi nama Marvell akan semakin dikenal ketimbang DC.

Tidak, di sini saya tak ingin membahas persaingan Marvell dan DC. Toh, itu hanyalah kepopuleran dan selera saja. Saya yakin masih banyak yang sabar menunggu karakter-karakter superhero DC hadir di film-film layar lebar. Oh ya, ngomong-ngomong ada yang kenal dengan Green Arrow?

Nama yang asing, memang Green Arrow bukanlah superhero yang terkenal. Hanya beberapa saja mungkin yang pernah mendengar namanya. Meski begitu, dia juga salah satu karakter dari dunia komik DC. Jangankan bersaing dengan nama-nama seperti Iron Man dan Captain America, di dunia DC sendiri pamornya kalah jauh dengan Superman dan Batman.

Walau Green Arrow kurang dikenal masyarakat, tak menghalangi Marc Guggenheim, Greg Berlanti, dan Andrew Kreisberg membuat serial Arrow. Sebuah serial yang diadaptasi dari tokoh Green Arrow yang tayang sejak 2012. Arrow sudah berjalan hingga season ketiga yang berlangsung hingga tahun depan. Dan sepertinya akan berlanjut hingga season berikutnya.

Sumber Gambar: (www.imdb.com)

Arrow bercerita tentang Oliver Queen (Stephen Amell), playboy kaya raya yang kembali ke Starling City setelah lima tahun sebelumnya dinyatakan tewas di kecelakaan kapal pesiar bersama ayahnya. Dirinya terdampar di sebuah pulau bernama Lian Yu di perairan utara Tiongkok. Di sanalah dia mendapatkan keahlian menggunakan busur panah dan bela diri. Kekuatan yang digunakan untuk membasmi kejahatan sebagai Green Arrow.

Oliver tak sendiri dalam membasmi kriminalitas di Starling City. Ada John Diggle (David Ramsey), veteran perang dan kepala kemanan keluarga Queen serta Felicity Smoak (Emily Bett), ahli teknologi yang bekerja di Queen Consolidated, perusahaan milik keluarga Queen. Ada juga Roy Harper (Colton Haynes) sebagai Arsenal, tangan kanan Green Arrow.

Usaha Guggenheim, Berlanti, dan Kreisberg patut diberi apresiasi. Karena, serial ini memiliki jalan cerita menarik serta fokus utamanya adalah di drama, tak melulu urusan superhero. Bisa dibilang Arrow adalah serial drama yang dibumbui dengan hal superhero, bukan sebaliknya. Seperti kisah konflik di antara Oliver dengan ibunya Moira Queen (Susanna Thompson) dan juga adik perempuannya Thea Queen (Willa Holland) yang cukup kompleks. Serta tentu saja kisah cintanya dengan Laurel Lance (Katie Cassidy) dan beberapa wanita lainnya yang membuat serial ini lebih hidup.

Walau begitu Arrow bukannya berjalan tanpa cela. Di beberapa episode misalnya, ada beberapa dialog yang agak berlebihan dan jauh dari kehidupan sehari-hari. Arrow memang menyajikan dua plot cerita yang berjalan beriringan, plot masa sekarang dan plot flashback tentang Oliver. Menarik memang, namun terkadang plot flashback ini diberi peran yang terlalu banyak sehingga seolah-olah menghambat jalannya cerita.

Dengan semua keunggulan seperti plot cerita yang kuat, menarik, serta pendalaman karakter yang semakin hari semakin baik saya yakin Arrow adalah salah satu serial yang bagus. Ditambah dengan munculnya musuh-musuh besar di dunia DC seperti Deadshot, Deathstroke, dan R'as Al Ghul serta superhero lain seperti The Flash dan Atom memang menjadi daya tarik tambahan, terutama bagi yang menggilai komik DC.

Selama serial ini bisa memberikan drama yang menarik dengan jalan cerita yang kuat, bukan tak mungkin serial Arrow akan berlangsung hingga Green Arrow generasi kedua. Hanya, berilah kesempatan dan nikmati pertunjukannya.

Tuesday, November 25, 2014

Review Milan 1 vs 1 Inter: Minimnya Kreativitas Lapangan Tengah

Publik San Siro tiba-tiba bergemuruh saat pertandingan memasuki menit ke 23. Pemain-pemain Milan merayakan gol cantik Jeremy Menez. Sang allenatore anyar Inter, Roberto Mancini pun mulai memberi instruksi kepada pemain-pemainnya. Gol balasan Inter baru tercipta di menit ke-61 lewat sepakan Joel Obi. Pertandingan berlangsung seru hingga menit akhir, walau begitu hasil ini cukup realistis dan memuaskan untuk debut Roberto Mancini.

Kebobolan di menit-menit awal menandakan kelemahan Inter di musim ini belum hilang. Pertahanan Il Nerazurri memang rentan kebobolan di musim ini. Salah satu pekerjaan besar untuk Mancini jika ingin membawa Inter melaju lebih tinggi.

Sumber: www.whoscored.com

Inter memulai pertandingan dengan formasi 4-3-1-2. Dengan menempatkan Mateo Kovacic berdiri di antara Icardi dan Palacio terlihat permainan Inter akan terpusat padanya. Namun hingga babak kedua bola lebih sering diberi ke sisi kanan di mana Guarin yang menjadi tonggak serangan Inter. Kovacic sendiri bermain lebih melebar ke sisi kiri di belakang Icardi. Penyebabnya adalah dua gelandang Milan, Muntari dan Essien yang selalu menjaga kedalaman pertahanan dan menyulitkan Inter untuk menyerang dari tengah lapangan.

Biru: Milan; Oranye: Inter
Sumber: www.whoscored.com

Grafis di atas menunjukkan bahwa Mancini berupaya untuk menekan daya serang Milan dari trio El Sharaawy, Menez, dan Bonaventura. Terlihat beberapa kali Muntari dan Sciglio kewalahan mengatasi gempuran Guarin, Palacio, dan Yuto Nagatomo. Namun kurangnya tekanan dari Kovacic dan Obi hanya meninggalkan Icardi sendirian di depan. Umpan-umpan silang juga mudah terbaca oleh Diego Lopez.

Lini Tengah Inter Minim Kreativitas

Empat pemain tengah yang dipasang sejak awal tak kunjung memberi dukungan berarti untuk Icardi. Padahal Inter lebih banyak menguasai bola ketimbang Milan. Parktis hanya Guarin yang memberi perbedaan. Absennya Gary Medel memaksa Mancini memasang Kuzmanovic sebagai gelandang bertahan. Penampilan Zdravko terbilang cukup memuaskan namun aksinya yang memilih bermain aman menimbulkan kekecewaan.
Grafis Umpan Zdravko Kuzmanovic
(Sumber: www.squawka.com)

Dari data yang dimuat whoscored.com menunjukkan bahwa Kuzmanovic adalah pemain yang paling sering menyentuh bola di pertandingan ini. Dengan total 94 sentuhan dan 83 operan sudah menjadi bukti bahwa permainan Inter berpusat di Kuzmanovic bukan pada Kovacic. Jika melihat grafis di atas, Kuzmanovic banyak melakukan operan-operan pendek di sekitar posisinya saja. Dan lebih sering mengoper ke sisi kanan Inter, kepada Guarin, Palacio, atau Nagatomo. Tapi tak ada satu pun key passes. Ya peran besar dirinya tak diiringi oleh visi permainan yang baik. Walau seingat saya, ini salah satu penampilan terbaiknya jika ditempatkan sebagai gelandang bertahan.

Dua pemain lainnya, Joel Obi dan Kovacic memiliki peran yang sangat minim hingga babak pertama usai. Sebelum mencetak gol, Obi hampir tak terlihat sepanjang permainan. Pergerakan Essien yang bergantian menutup jalur operan terhadap dirinya dan Kovacic memang mematikan lini tengah Inter. Kovacic sendiri perannya mulai terlihat ketika Hernanes masuk.

Dengan masuknya Hernanes, Kovacic bermain lebih melebar mendekati Dodo untuk menyerang dari sisi kiri. Hernanes pun memberi opsi serangan dari tengah lapangan, membuat serangan Inter lebih variatif. Tapi Milan yang sudah nyaman dalam bertahan tak kesulitan untuk mengantisipasi serangan Inter yang kurang kreativitas.

Pertahanan yang Masih Rentan

Mancini menerapkan kembali pola 4 bek di Inter. Dodo dan Nagatomo kembali berperan sebagai fullback dan dua bek tengah pilihan jatuh kepada Juan Jesus dan Andrea Ranocchia ketimbang Nemanja Vidic. Selain penampilan yang tak konsisten, Vidic adalah bek bertipe lambat seperti Ranocchia. Terlalu beresiko jika mencadangkan kapten atau memasang kedua bek lambat, keputusan yang bisa diterima.

Di babak pertama Milan mendominasi serangan. Inter yang sering menyerang lewat sisi kanan memaksa Nagatomo untuk maju ke depan membantu Guarin dan Palacio. Namun pos yang ditinggal Nagatomo tidak diiringi koordinasi yang baik di lini belakang. Saat gol Menez tercipta, di kotak penalti hanya menyisakan Dodo.

Lemahnya reaksi saat transisi dari menyerang ke bertahan terlihat pada keputusan Ranocchia dan Juan Jesus yang melakukan tekanan saat tiga pemain Milan sedang berlari ke arah kotak penalti. Hasilnya pun nihil, bola berhasil diberikan kepada El Sharaawy dan dioper ke Menez yang berbuah gol. Bahkan beberapa kali Milan mendapatkan kesempatan emas dari Giacomo Bonaventura dan El Sharaawy di babak kedua. Beruntung kedua kesempatan gagal dikonversi menjadi gol.

Kesimpulan
 
Menempatkan Kuzmanovic sebagai gelandang bertahan cukup baik dalam membantu pertahanan. Walaupun dirinya masih canggung berada di posisi tersebut. Terhitung dari 12 pertandingan Inter telah kebobolan 15 kali. Dengan rataan kemasukan yang besar, mantan pelatih Galatasaray ini harus bekerja ekstra keras. Terutama giornata selanjutnya Inter harus berhadapan dengan Roma yang sedang dalam performa terbaiknya. Satu keuntungan besar jika Mancini kembali menerapkan pola seperti lawan Milan ini sambil berharap Gary Medel bisa tampil kembali.

Thursday, October 30, 2014

Sepakbola Gajah: Cerminan Krisis Harga Diri Bangsa




sumber gambar: (www.mbahwo.com)


Akuilah bangsa ini sedang dibanjiri oleh semangat untuk menjadi lebih baik. Dimulai dari pelantikan presiden ketujuh, Joko Widodo atau yang lebih dikenal dengan Jokowi disambut dengan antusias yang tinggi oleh masyarakat. Sebuah harapan baru untuk bangkit dari keterpurukan dan menjadi lebih baik di mata dunia kembali ditunjukkan bangsa ini. Kabinet pun telah terbentuk dan kembali menimbulkan optimisme dari masyarakat. Walaupun tetap ada yang mengkritik beberapa keputusan presiden ini. Tapi tak apalah toh kritik itu hal yang wajib ada.

Mungkin paragraf di atas terlalu mengada-ada tapi setidaknya itulah yang terasa dari lingkungan saya. Keluarga, rekan, dan sahabat-sahabat pun ikut terbawa dalam rasa optimis bahwa bangsa ini akan semakin maju. Apalagi kemarin 28 Oktober kita memperingati Sumpah Pemuda, salah satu tonggak pergerakan kemerdekaan Indonesia. Seolah-olah kita kembali disentil untuk kembali membawa semangat para pemuda pejuang kemerdekaan di dalam hidup kita. Tujuannya hanya satu, kebanggaan bangsa Indonesia.

Dalam gelora semangat untuk berkarya dan memajukan bangsa ini, ada satu peristiwa menjijikan. Sayangnya ini terjadi di dalam suatu olahraga yang begitu dicintai mayoritas penduduk negeri ini, sepakbola. Ya, Sepakbola Gajah yang berujung dengan terciptanya 5 gol bunuh diri dalam laga Divisi Utama antara PSS Sleman vs PSIS Semarang.

Bagi yang belum tahu, istilah sepakbola gajah mengacu pada pengaturan skor sebuah pertandingan. Laiknya para gajah yang bermain bola dengan skor yang sudah disusun oleh para pawangnya sebelum bertanding. Sebenarnya di Indonesia sendiri tragedi PSS vs PSIS ini bukan yang pertama dalam sejarah. Bahkan ketika saya membaca-baca tentang skandal pengaturan skor ini telah terjadi sejak zaman Perserikatan, jauh sebelum ISL bergulir.

Tepatnya pada 1988 saat Persebaya sengaja mengalah dengan skor 0-12 dari Persipura. Dengan niat menjegal langkah PSIS sebagai bentuk balas dendam sebagai penyebab mereka gagal lolos ke babak 6 besar. Absurd.

Sebenarnya, di level klub Divisi Utama ini banyak terjadi kecurangan yang tak jelas asal-usulnya. Salah satunya adalah menang dengan cara WO (Walk Out). Memang saya tidak mengikuti secara rutin tentang Divisi Utama, ya hanya sebatas berita tentang klub di kota saya, Persikabo. Saya sering melihat berita tentang lawan-lawan satu grup lainnya pernah menang secara WO. Entah apa alasannya, apakah itu kendala segi ekonomi klub ataupun masalah keamanan. Dan satu lagi kemungkinan yang paling mengkhawatirkan adalah pengaturan skor. Tak jarang para klub seperti main mata untung kepentingan masing-masing.

Sepakbola gajah ini bahkan menggerogoti hingga ke tim nasional kita. Masih ingat ketika Piala Tiger 1998 di Vietnam. Seorang pemain Indonesia bernama Mursyid Effendi mencetak gol untuk membantu kemenangan untuk Thailand 3-2 untuk menghindari bertemu tuan rumah Vietnam di semifinal. Kejadian ini berujung hukuman seumur hidup dari sepakbola untuk Mursyid Effendi. Walaupun pada akhirnya Singapura lah yang menjadi juara bukan Vietnam yang begitu ditakutkan hingga rela menjatuhkan martabat negara.

Ada satu lagi yang menyita perhatian saat Indonesia kalah dari Bahrain 0-10. Saat itu Indonesia sudah dipastikan tak akan lolos dari grup. Sedangkan Bahrain harus mengejar selisih 9 gol jika ingin lolos. Benar atau tidaknya pernyataan AFC yang menjamin bahwa pertandingan tersebut bebas dari konspirasi dan pengaturan skor tetap saja ini sangat menggelikan.

Apa yang salah dengan sepakbola Indonesia ini? Bukankah ratusan juta jiwa ini begitu mencintainya. Mengapa kita sangat sulit untuk berkembang selama berpuluh-puluh tahun ini. Di masa penuh dengan teknologi dan informasi ini pun masih ada saja yang menunjukkan sikap konyol seperti PSS dan PSIS lakukan. Jika kita mengingat-ingat PSS dan PSIS adalah klub yang memiliki sejarah panjang di pesepakbolaan Indonesia. Serendah itukah harga diri mereka yang rela manjatuhkan martabat klub yang tak akan bisa dihapus selama-lamanya? Apalagi media-media asing pun telah memuat berita konyol ini. Menyedihkan.

Berbicara tentang harga diri, mungkin tak hanya PSS atau PSIS saja yang harus kita pertanyakan. Tapi juga kepada seluruh bangsa ini. Bayangkan para pejuang kemerdekaan kita dulu yang rela berkorban habis-habisan demi Indonesia yang merdeka. Atau para tokoh-tokoh dunia yang harus meregang nyawa demi idealisme dan harga diri mereka yang tinggi. Apakah kita memang tak memiliki harga diri yang tinggi? Ya tak harus bertindak ekstrem seperti Samurai di Jepang dulu. Tapi cukup dengan bertindak dengan berjuang menjaga segala yang kita miliki dan meraih apa yang kita butuhkan. Bukan dengan menyerahkannya begitu saja dengan berkhianat yang dimulai dari diri sendiri.

Apa tak bosan dengan isu-isu campur tangan pihak asing dari sumber daya alam hingga jalannya pemerintahan. Berhentilah memalukan diri sendiri dan negara. Saya yakin jika kita memiliki harga diri yang tinggi, Indonesia sudah menjadi negara yang sangat maju. Termasuk dari bidang olahraga terutama sepakbola tercinta ini.

Memang masa sekarang sudah berbeda dengan dulu, tapi tetap ada satu yang akan tetap sama. Yaitu para pengecut dan pengkhianat yang selalu hilang dari buku sejarah. Semoga dengan peristiwa menjijikan ini, hal itu bisa berubah agar kita belajar untuk menghargai diri sendiri dan tak mempermalukan diri di hadapan negara lain.

Saturday, October 4, 2014

Percakapan Unik di Sebuah SPBU

Di tengah teriknya matahari di musim kemarau ini membuat saya terkadang merasa lebih cepat lelah saat mengendarai motor. Hawa panas di siang hari disertai ramainya lalu lintas kota Bogor pun hanya menambah beban untuk menguji kesabaran. Apalagi ketika itu saya harus segera mengisi bahan bakar karena indikator BBM sudah mulai mendekati strip berwarna merah. Beruntung karena SPBU pun mudah ditemukan hampir di setiap jalan raya. Saya pun langsung menepi ke arah SPBU di seberang Rumah Sakit Azra.

Mungkin karena saat itu hari Minggu jadi lumayan ramai di siang hari. Di tempat khusus pengisian motor terlihat sebuah antrian yang cukup panjang. Tak perlu berlama-lama berpikir saya langung memutar untuk mengantri di tempat Pertamax yang terlihat agak sepi. Di sini saya menyaksikan kejadian unik.

Memang di sini bagian saya mengantri juga tersedia Premium jadi banyak mobil yang mengantri pun bukan untuk membeli Pertamax. Kebetulan di depan saya ada satu motor, sebuah angkot, dan mobil pribadi berwarna merah menyala. Sedangkan di sisi pengisian sebelahnya ada sebuah sedan hitam sedang menunggu gilirannya. Mobil merah ini berisi pemuda dan pemudi dengan pakaian glamor yang menyita perhatian remaja mana pun. Saya lihat si pemuda yang mengendarai mobilnya keluar dengan tingkah yang terkesan agak angkuh dan berbicara dengan pegawai SPBU untuk diisikan Premium ke mobilnya.

Saat menunggu bensin penuh, seorang pria paruh baya keluar dari sedan hitam bersama dengan anaknya yang kira-kira masih berusia di bawah 8 tahun. Awalnya mereka diam saja, hingga si anak bertanya "Pa, ini kok ada yang warna kuning, biru, sama hijau?" Si bapak pun awalnya tak sadar karena dia sedang melihat ke arah mobil merah yang terlihat sangat lama.

Ternyata si pemuda tadi memang membeli Premium dengan jumlah cukup besar untuk mobilnya. Dan dia tak membayarnya dengan uang tunai, jadi harus melalui proses yang kadang jauh lebih menyita waktu dari sekedar menyerahkan beberapa lembar uang.

Akhirnya si bapak ini menjawab dengan suara lantang yang bahkan saya yang mengantri di belakang pun bisa mendengarnya. "Ade, ini yang kuning namanya Premium, yang biru Pertamax, dan yang hijau ini Pertamax Plus". Anaknya pun membeo sambil menghapal satu per satu namanya. "Terus bedanya apa pa?" Anak itu lanjut bertanya. Di sini saya menduga bapak itu akan menjawab dengan rumit dengan membahas oktan atau timbal dan sebagainya, tapi saya keliru.

"Kalau yang kuning ini untuk orang yang gak mampu dek, macem motor atau angkot. Kalau yang biru sama hijau ini untuk orang yang mampu, yang mobilnya bagus-bagus gitu". Jawaban yang jauh di luar perkiraan saya. Si anak pun mengangguk-angguk seakan-akan paham jawaban ayahnya itu. "Berarti kita isi yang biru ya Pa, kan mobil kita bagus artinya kita mampu kan?" Anak itu pun berbicara dengan polosnya. Bapak itu pun mengangguk dan tersenyum dan saya yakin itu tanpa dibuat-buat.

Pemuda mobil merah yang membeli Premium pun hanya tertunduk selama percakapan lucu itu. Setelah selesai mengisi bensin dan membayar dengan proses yang sangat lama, dia langusng memacu mobilnya dengan cepat. Mungkin dia agak tersinggung dengan kelakuan ayah dan anak yang satu ini.

Saya hanya tersenyum dan tertawa dalam hati karena tak enak hati untuk menertawakan langsung. Hehe.

Saturday, September 13, 2014

Preview Serie-A: Inter vs Sassuolo

Hasil seri di pekan pertama membuat kedua tim mengincar poin penuh kali ini. Bermain di kandang sendiri Inter akan mendapat dukungan penuh dari seantero Giuseppe Meazza. Tak pelak mereka harus memanfaatkan ini untuk tampil sebaik-baiknya. Tapi Sassuolo tak akan memberikan kemenangan mudah untuk Inter.

Mazzarri dipastikan akan menggunakan formasi dengan tiga bek. Inter dipastikan kehilangan Nemanja Vidic karena debut luar biasanya dengan suguhan penalti untuk lawan dan sebuah kartu merah. Absennya pemain gaek asal Serbia ini memaksa Mazzarri untuk memasang Andreolli atau Campagnaro. Salah satu dari mereka akan menemani Ranocchia dan Juan Jesus mengawal pertahanan di depan Handanovic.

Lini tengah Inter kemungkinan besar akan berubah di banding saat melawan Torino. Dengan berita Palacio siap bermain maka formasi 3-5-2 yang bepotensi besar dipasang di awal pertandingan. Kovacic akan bermain sejajar dengan dua gelandang lainnya. Yann M'Vila sepertinya tak akan menjadi starter karena penampilannya yang kurang baik. Jadi Hernanes bersama Gary Medel akan menemani Kovacic di lini tengah.

Di posisi wingback, Jonathan sudah pasti menempati sisi kanan Inter. Sedangkan Dodo atau Nagatomo akan mengawal sisi kiri. Lini depan satu tempat akan diisi Mauro Icardi walaupun saat melawan Torino dia seperti tak berarti di depan gawang. Yang mengkhwatirkan adalah kebugaran Palacio dan Osvaldo. Karena Mazzari tak akan berjudi untuk menurunkan Federico Bonazzoli sejak awal.

Kubu Sassuolo akan datang dengan tambahan kepercayaan diri karena striker andalan mereka, Simone Zaza yang melakukan debut fenomenal bersama tim nasional Italia. Di Francesco sudah pasti akan memasang 4-3-3 andalannya.

Dengan performa yang cukup baik di pekan awal kecil kemungkinan starting line-up akan berubah drastis. Kiper berbakat Andrea Consigli pun sudah siap untuk diturunkan. Pemain yang absen hanya Paolo Cannavaro dan tak terlalu berimbas buruk ke lini pertahanan Sassuolo. Mereka masih memiliki Lorenzo Ariaudo, Luca Antei, Emanuele Terranova, dan Francesco Acerbi. Dari segi fullback pun sepertinya Federico Peluso dan Marcello Gazzola tak punya pesaing berarti di skuad.

Lini tengah akan menjadi fokus utama Sassuolo dalam pertandingan kali ini. Trio Missiroli, Magnanelli, dan Biondini bermain kurang apik saat melawan Cagliari. Minimnya kreativitas lini tengah Sassuolo akan membuka peluang Jasmin Kurtic untuk masuk menggantikan Missiroli.

Tiga pemain depan sekaligus memang menjadi andalan Sassuolo dalam menyerang. Mereka baik dalam mambangun serangan dari sayap ataupun dari tengah. Dengan Simone Zaza yang akan memimpin lini depan, pemain-pemain seperti Berardi dan Sansone akan punya kepercayaan diri lebih menghadapi kuatnya lini pertahanan Inter.

Jalannya pertandingan akan berlangsung menarik. Jika melihat materi pemain dan performanya di pekan pertama, Inter kuat dalam bertahan sedangkan Sassuolo memiliki senjata utama di sektor penyerangan. Hilangnya Vidic bisa seperti pedang bermata dua untuk Inter. Di satu sisi dia adalah petarung yang sangat baik di udara, sisi lainnya dia memiliki masalah dalam kedisiplinan. Memainkan Andreolli adalah salah satu opsi terbaik yang dimiliki Inter. Dengan begitu kecepatan para pemain depan Sassuolo akan bisa diredam.

Sassuolo akan sangat berbahaya jika Inter tak meredam Federico Peluso yang bermain sangat baik di partai melawan Cagliari. Untuk itu Il Nerazzurri akan bermain menyerang untuk menekan pergerakan Peluso di sisi kiri. Beruntung Inter memiliki Jonathan yang punya kecepatan, dribel, dan kemampuan penetrasi yang baik.

Inter akan memiliki keunggulan di lini tengah dengan pemain kreatif seperti Kovacic dan Hernanes yang memiliki teknik bagus. Ditambah dengan tenaga besar Gary Medel yang siap menjelajah lapangan tanpa lelah. Jika mereka bisa mengeksploitasi kelemahan lini tengah Sassuolo, maka Inter akan menguasai posession dengan mudah. Belum lagi jika buntu masih ada Fredy Guarin yang siap membantu Icardi atau Palacio dalam mencetak gol.

Sassuolo bukannya tanpa peluang, mereka akan melancarkan counter-attack cepat dengan Berardi dan Sansone yang bermain melebar. Inter harus berhati-hati jika tak ingin kecolongan lebih dulu. Lini pertahanan Il Neroverdi juga akan memberi Icardi penjagaan ketat. Karena sudah terbukti dia akan mati kutu jika Palacio yang biasa membuka ruang tak hadir di lapangan.

Dengan peluang lebih besar, Inter akan memenangkan ini dengan selisih dua gol. Itupun kalau Mauro Icardi sudah waras kembali.

Thursday, September 11, 2014

Striker Muda Italia

Sosok Antonio Conte menjadi perhatian saat dua pertandingan internasional Italia kemarin. Melawan Belanda dan Norwegia dilaluinya dengan kemenangan. Era baru telah datang untuk Azzurri. Dimulai dengan pemilihan pemain yang berbeda dari masa Prandelli. Kembalinya nama-nama seperti Sebastian Giovinco, Fabio Quagliarella, dan pemanggilan beberapa pemain muda juga menyedot atensi publik.

Satu lagi yang menyita perhatian yaitu striker berusia 23 tahun bernama Simone Zaza. Dia berhasil membayar kepercayaan Conte ketika mencetak satu gol ke gawang Norwegia. Ini juga menandakan bahwa regenerasi skuad Gli Azzurri akan tetap berlanjut. Sebenarnya selain Zaza masih ada beberapa pemain muda potensial terutama di posisi striker. Saya akan sedikit mengulas para striker muda Italia.

Mario Balotelli



Siapa yang tak mengenal Super Mario? Pria bengal kelahiran Palermo 24 tahun yang lalu memang terkenal dengan ulahnya yang kadang di luar akal sehat. Bahkan orang sering melupakan performa apiknya di atas lapangan karena ulahnya.

Jika melihat statistiknya Balotelli tak ada yang terlalu istimewa. Keunggulannya adalah dia memiliki flair yang belum tentu dimiliki semua pemain. Ya kemampuan untuk berbuat sesuatu di luar dugaan adalah keahliannya. Meskipun terkadang itu merugikan timnya sendiri. Kontribusinya bersama Italia terlihat sejak Piala Eropa 2012 dimana dia membawa Italia mencapai final. Sudah pasti orang ini adalah salah satu striker yang akan selalu diandalkan oleh Italia. Jika dia mampu menjaga performa dan perilakunya.


Ciro Immobile



Nama ini mencuat setelah menjadi top skor Serie-A musim lalu bersama Torino. Mencetak 22 gol dan 3 assist dari 33 penampilan. Berkat performa impresifnya itu yang membuatnya dibawa ke Brasil oleh Prandelli. Walaupun gagal memberi yang terbaik tapi tak membuat Borussia Dortmund ragu untuk merekrutnya. Diproyeksikan sebagai pengganti Robert Lewandowski yang menyebrang ke Bayern. Jika dia mampu menyamai penampilannya musim lalu bukan tak mungkin nama Balotelli akan semakin tergeser dalam radar Antonio Conte.

Alberto Paloschi

Paloschi mengawali karir dari akademi A.C. Milan dan melakukan debut profesional di tahun 2007. Para fans pun mulai menaruh harapan padanya. Namun pada akhirnya dia dikorbankan ke Parma demi memberi tempat lebih kepada Ronaldinho. Dia berhasil mencuri perhatian publik ketika mencetak 12 gol di musim pertama bersama klub barunya. Walaupun kini sudah kembali dimiliki Milan, namanya memang lebih identik dengan seragam Chievo hingga saat ini sebagai pinjaman. Ya wajar saja di klub semenjana seperti Chievo dirinya telah mencetak 25 gol, 13 diantaranya dibukukan pada musim lalu. Di tangan Antonio Conte bukan mustahil peluang akan terbuka lebar bagi Alberto menembus tim Euro dua tahun mendatang.

Mattia Destro
Mengawali karir di tim junior kota kelahirannya Ascoli sebelum bergabung ke Inter. Belum diberi kesempatan menunjukkan taringnya dia harus rela menjadi bagian dari transfer Andrea Ranocchia. Padahal selama empat tahun di tim junior Inter dia selalu menjadi pencetak gol utama di bersama Balotelli. Di Genoa pun dia belum memberi penampilan seperti di Inter. Hanya mencetak 2 gol dari 16 penampilan dan berada di bawah bayang-bayang Luca Toni dan Rodrigo Palacio.

Kepindahannya ke Siena memang membawa berkah untuknya. Membawa tim promosi itu ke posisi 14 dan menjadi top skor klub dengan 12 gol. Penampilan baiknya inilah yang menggiring Roma untuk merekrutnya untuk menggantikan Fabio Borini yang hengkang. Destro total telah mencetak 19 gol bersama Roma. Bayangkan jika dia tak absen karena cedera berapa gol lagi yang akan dibuat. Bisa dibilang dia adalah langganan tim nasional Italia sejak U-16 hingga tim senior. Ya tak ada yang meragukan kualitasnya. Tinggal bagaimana dia menarik perhatian Conte hingga ajang Euro nanti.

Domenico Berardi



Pemuda kelahiran Cariati 20 tahun lalu ini menjadi fenomena Serie-A musim lalu. 16 gol dicetaknya bersama tim promosi Sassuolo. Sebenarnya Berardi adalah pemain Juventus tapi dipinjamkan ke Sassuolo karena tak ada tempat baginya. Usia muda dan minim pengalaman belum bisa membuatnya hadir ke tim senior Italia. Dia masih menjadi andalan tim U-21 hingga saat ini.

Jika dibanding striker-striker lain, Berardi memiliki keunggulan bisa dimainkan di posisi lain yang lebih melebar. Karena di Sassuolo dia sering berganti tempat dengan Simone Zaza mengisi pos kanan atau sebagai poacher di depan gawang. Selain itu dia sering berkontribusi dalam pertahanan dengan melakukan trackback dan tackle di area lawan. Jika dia bisa menyamakan performanya seperti musim lalu, satu tempat akan terbuka untuknya.

Stephan El Sharaawy

Gaung namanya sempat redup ketika Balotelli datang ke Milan. Ditambah dengan penurunan performanya karena cedera yang cukup panjang membuatnya tak dibawa ke Brasil di Piala Dunia lalu. Peluang masuk ke tim nasional kembali terbuka karena penampilannya di partai pertama Serie-A.

Boleh diakui El Sharaawy adalah salah satu bakat terbaik di Italia saat ini. Kemampuan dribel dan kreativitasnya dalam membangun serangan menjadi tumpuannya dalam bermain. Nalurinya pun tajam dalam mencetak gol. Di musim 2012/2013 sebagai pembuktiannya dengan 19 gol di semua kompetisi. Rasanya dosa jika namanya dilewatkan begitu saja.

Lorenzo Insigne

Messi-nya Italia begitulah setidaknya yang dikatakan mantan rekan setimnya Goran Pandev. Mungil, cepat, dan memiliki teknik tinggi sebagai identitasnya. Menarik perhatian ketika bermain di Serie-B bersama Pescara di bawah asuhan Zdenek Zeman dengan catatan 18 gol. Keunggulannya adalah bermain sebagai winger dan fasih memerankannya di kedua sisi lapangan. Saya tak sabar menunggunya bertandem dengan Immobile seperti mereka menjuarai Serie-B bersama Pescara.

Manolo Gabbiadini
Karir Gabbiadini lebih banyak dihabiskan di klub-klub menengah seperti Atalanta, Genoa, dan Sampdoria. Namun pemilik aslinya adalah Juventus. Adik dari pesepakbola wanita Melania Gabbiadini ini memang kurang populer dibanding semua nama di atas. Bukan berarti dia tak memiliki kemampuan. Buktinya dia menjadi tulang punggung Sampdoria untuk bertahan di Serie-A dengan 9 gol dan 4 assist. Gabbiadini pun mampu bermain di berbagai posisi selain striker.

Simone Zaza
Pria berkepala plontos ini sebelumnya hanya menghabiskan karirnya di klub-klub kecil seperti Viareggio dan Ascoli. Itu saat dia masih dimiliki oleh Sampdoria. Dan peminjaman jangka panjang itu berhasil dia mencetak 11 dan 18 gol berturut-turut. Bakatnya pun tercium oleh Juventus yang membeli setengah kepemilikannya. Pada akhirnya berlabuh di Sassuolo untuk meraih karir yang lebih cemerlang. Satu gol nya ke gawang Norwegia hanya sebuah peringatan bahwa dirinya bukan striker kacangan yang patut dipandang sebelah mata.

Prestasi buruk Italia di ajang Piala Dunia kemarin tak jauh dari kegagalan Prandelli menerapkan bagaimana caranya mencetak gol. Ya dari 3 pertandingan Italia hanya membukukan dua gol itu pun saat melawan Inggris. Memalukan. Dengan nama-nama di atas ditambah kehadiran Antonio Conte seharusnya Italia tak boleh gagal lagi dalam urusan mencetak gol. Harusnya.

Sumber gambar: www.zimbio.com

Saturday, August 30, 2014

Apa Kabar Inter?

Sudah berbulan-bulan blog ini saya tinggalkan. Rasanya gerah juga untuk menahan hawa nafsu untuk menulis lagi. Padahal selama dua bulan belakangan ada topik yang begitu menggoda iman para penulis terutama yang fanatik pada sepakbola. Ya Piala Dunia dan bursa transfer klub-klub Eropa. Banyak pemain yang tiap harinya mengisi headline portal-portal berita olahraga. Dari Luis Suarez hingga Angel Di Maria. Lalu apa kabar dengan Inter?

Jika melihat dari pergerakan transfer musim ini, Inter sedikit berbeda dibanding musim-musim terdahulu. Semenjak Moratti mundur dari jabatannya memang Inter menunjukkan perubahan signifikan terutama dalam kebijakan transfer pemain. Salah satu perbedaan itu adalah hilangnya kehadiran nama-nama besar dengan harga selangit seperti dulu. Tercatat pengeluaran terbesar hanya 9,68 juta Pounds untuk seorang Pablo Osvaldo.

Inter juga akan memulai musim ini tanpa barisan senior Argentina. Javier Zanetti, Esteban Cambiasso, Walter Samuel, dan Diego Milito menyepakati untuk meninggalkan Inter. Zanetti ditunjuk sebagai vice president sedangkan Cambiasso, Milito, dan Samuel memutuskan bermain di luar Italia. Demi mengisi kekosongan jabatan kapten, Mazzarri telah menetapkan Andrea Ranocchia sebagai kapten utama.

Di musim 2014/15 Inter akan bermain tanpa kedatangan bintang baru ditambah dengan perginya deretan pemain senior dan kapten mereka. Apa yang akan terjadi? Jawabannya adalah Inter akan baik-baik saja (seharusnya). Ada beberapa alasan yang bisa memperkuat jawaban ini.

Posisi Pelatih Tetap

Pelatih utama memiliki peran vital di dalam klub sepakbola. Karena di tangannya lah nasib sebuah klub digantungkan. Sekarang Walter Mazzarri masih mengisi posisi tersebut. Satu hal positif yang sudah dipegang oleh Inter. Walaupun di musim lalu hanya menempati peringkat 5 di akhir musim. Namun itu menjadi modal kepercayaan untuk kemajuan Inter. Ingat musim lalu Inter berada pada masa transisi kepemilikan ke Erick Thohir. Filosofi 3-5-2 ala Mazzarri pun akan semakin melekat di Giuseppe Meazza. Dengan tambahan pemain-pemain baru Inter dan Mazzarri siap menghadapi musim baru.

Hilangnya Ketergantungan Terhadap Palacio

Semenjak ditinggal Samuel Eto'o dan seringnya Diego Milito mengalami cedera praktis tak ada bomber setajam mereka. Untuk itulah Rodrigo Palacio didatangkan dari Genoa pada 2012. Semenjak itu Inter seperti mengalami ketergantungan pada pemain yang memiliki potongan rambut unik ini. Apalagi striker-striker lain gagal memberi kontribusi besar dari Antonio Cassano, Tommasso Rocchi, higga Ishak Belfodil. Tapi beban Palacio sudah jauh berkurang seiring dengan semakin tajamnya Mauro Icardi. Ini belum ditambah dengan masuknya Pablo Osvaldo yang sudah mulai membuktikan di leg kedua Europa League.

Mateo Kovacic
Saya adalah salah satu dari jutaan fans yang percaya jika Kovacic akan menjadi pemain penting di Inter. Pemain muda yang satu ini memang masih berupa bahan mentah. Belum terbukti apakah dia bisa memenuhi potensinya atau tidak. Persaingan di lini tengah Inter memang sering membuatnya tersingkirkan. Apalagi penampilannya musim lalu kurang impresif karena lebih banyak bermain sebagai pengganti. Tapi, dia bermain begitu baik jika ditampilkan sejak awal. Dengan kreativitas dan akurasi umpannya yang tinggi bukan tak mungkin Guarin yang akan sering duduk di bangku cadangan nanti.

Ya bukan mustahil jika Inter bisa tetap bersaing di papan atas musim depan. Setidaknya menyamakan posisi akhir seperti musim lalu. Semoga saja.

Tuesday, May 13, 2014

Sang Penjaga Harimau

Di suatu siang yang cerah berdirilah seorang pria berkepala plontos di padang gembala. Tubuhnya tinggi tegap dengan otot-otot yang terbentuk dengan baik. Sesekali dia duduk terdiam dan memejamkan matanya. Sudah hampir setahun dia melakukan pekerjaan ini. Melindungi dan mengawasi seekor harimau berumur 110 tahun bernama Hull. Memang dia tidak bekerja sendirian tapi kemampuannya sudah diakui hampir di seluruh tanah Britania bahkan sampai ke luar negeri. Orang-orang biasa memanggilnya Davies.

Pertama kali Davies mengenal pekerjaan ini berkat seorang pria paruh baya bernama Steve Bruce. Dia adalah pemimpin dari semua pasukan untuk menjaga Hull tetap eksis. Sebelumnya Davies bekerja sebagai penjaga keamanan di sebuah perusahaan kecil ternama di kota Birmingham. Bruce menyadari kemampuan Davies yang cocok untuk melindungi sang harimau. Beruntung Davies mau menerima dengan tangan terbuka.

Davies dianggap sebagai yang paling menonjol dalam tim pelindung sang harimau. Kemampuan fisiknya yang mumpuni menjadi senjata ampuhnya. Walau terkadang serangan-serangan musuh tak mampu dihadangnya sehingga membuat Hull terluka. Kemampuan fisiknya juga berguna untuk tim pencari harta berupa poin untuk makanan sang harimau tua.

Sebagai pelindung terkuat dia begitu dicintai oleh penduduk sekitar yang begitu menyanjung Hull sebagai hewan yang sakral. Simbol kebesaran kota mereka. Tapi di usianya yang segera mencapai kepala tiga Davies masih memiliki impian yang besar. Sudah puluhan tahun dia begitu menginginkannya. Namun seakan nasib tak berpihak padanya. Dia selalu gagal dalam meraihnya.

Impiannya adalah menjadi prajurit pelindung tiga ekor singa yang menjadi lambang kebesaran negara. Sebenarnya dia pernah melakukannya ketika usianya masih belia. Tapi tak sekalipun dia dilirik kembali saat dewasa. Entah mengapa begitu. Mungkin karena dirinya hanya menjadi pelindung seekor harimau. Bukanlah pengawal setan berwarna merah ataupun burung merah raksasa.

Bahkan orang-orang pun tak habis pikir. Mengapa Davies yang begitu mumpuni dalam hal melindungi seekor harimau dinilai tak pantas menjaga kebesaran sang tiga singa. Padahal beberapa orang dari luar negeri pun mengakui bahwa dia adalah sosok yang dibutuhkan.

Sampai ketika suatu waktu ada tawaran untuk melindungi negara lain. Tapi dia bersikukuh terhadap impian besarnya itu. Begitu besarkah impianmu itu Davies? Hingga kau rela bersabar untuk menikmati hasil jerih payahmu yang sudah diakui di negara-negara lain. Memang hidup ini penuh cobaan. Terutama jika pemimpin pasukan tiga singa dengan prestasi terbilang medioker. Sama seperti penilainnya terhadapmu, Curtis Davies si penjaga harimau.

Tuesday, April 29, 2014

Hey Inter, contohlah Liverpool!

Hingga kini, masih saja ada kesan yang mendalam dari partai Liverpool melawan Chelsea yang lalu. Mulai dari strategi Mourinho hingga kesalahan Steven Gerrard masih tergambar jelas di benak saya. Ya inilah partai yang paling menarik sepanjang musim ini. Sepertinya Tuhan masih sayang dengan Liverpool. Mereka masih diberi ujian terberat sebelum menggapai angan-angan tertinggi. Lewat Jose Mourinho dan tim kelas dua Chelsea membuktikan bahwa perjuangan belum berakhir begitu saja. Apabila Liverpool juara nanti pastilah sangat spesial. Karena telah melewati rintangan yang begitu berat.

Ya bisa-bisanya seorang Interisti ini berbicara banyak tentang Liverpool. Jujur saja, juara atau tidaknya Liverpool saya tetap kagum dengan perjuangan mereka. Miris memang melihat tim kesayangan yang biasanya bertengger di papan atas sekarang hanya mengejar tiket Eropa. Mungkin inilah yang dirasakan fans Liverpool. Inter harus mencontoh tim Merseyside ini. Karena banyak sekali yang bisa dipetik dari perjuangan mereka. Selain itu ada beberapa kemiripan yang menguatkannya. Berikut adalah beberapa faktor yang sebaiknya ditiru oleh Inter.

Pembangunan Fondasi Tim

Pergantian pemilik klub dari Moratti ke Thohir menyebabkan Inter berada dalam masa transisi besar. Tak masalah jika klub lebih mengarah ke sisi bisnis yang menginginkan profit. Justru akan sangat baik karena untuk meraihnya mau tak mau Inter harus berprestasi. Untuk memulainya Thohir harus berani mempertahankan Walter Mazzarri.

Ya mari kita tinggalkan kebiasaan lama menyalahkan pelatih seperti di era Moratti. Mengganti pelatih artinya merubah pola permainan. Semua pelatih pasti memiliki filosofi yang berbeda. Belum lagi jika ada pemain yang tak masuk rencana besarnya. Pasti akan mengganggu keharmonisan tim. Lihatlah Brendan Rodgers yang perlahan tapi pasti bisa menerapkan pemikirannya ke Liverpool. Itu pun tidak dilakukan dalam jangka waktu pendek. Bedanya, Mazzarri memiliki filosofi yang jauh berbeda dengan pealtih sebelum-sebelumnya. Jadi butuh waktu yang lebih lama.

Peran kapten juga diperlukan. Jika di Liverpool ada Steven Gerrard maka di Inter masih ada Javier Zanetti. Mereka berdua adalah sosok yang disegani oleh kawan dan lawan. Tapi kemungkinan Zanetti akan pensiun, maka timbul pertanyaan yang sederhana tapi bisa berpengaruh besar. Siapa pengganti yang sepadan? Sejauh ini mungkin Cambiasso. Itu pun jika Inter tidak melepasnya di akhir musim nanti bersama barisan veteran lainnya.

Kembalikan Pemain Lokal

Kalian pasti sadar jika dari begitu banyaknya pemain Inter hanya ada empat pemain asal Italia. Luca Castellazzi, Andrea Ranocchia, Marco Andreolli, dan Danilo D'Ambrosio. Mereka pun tidak main secara reguler walaupun Mazzarri adalah tipe penggemar winning team. Apa seburuk itu kualitas pemain Italia? Coba lihat Juventus. Mereka masih percaya dengan pemain lokal di semua lini. Performa mereka baik-baik saja di liga. Begitu pun dengan Liverpool yang menjadikan pemain lokal sebagai pemain kunci.
Satu hal penting yang dimiliki pemain lokal adalah paham dengan kultur asli negaranya. Bagaimana mereka menghadapi derby dan rival dengan sejarah panjang pasti akan sangat berguna. Adaptasi pemain pun akan lebih mudah seperti yang ditunjukkan D'Ambrosio yang langsung nyetel dengan Inter. Beda dengan Kuzmanovic dan Alvaro Perreira sebagai contoh yang sebelumnya bermain di liga lain. Lagipula banyak sekali pemain Italia berpotensi yang bisa bersinar walau di tim medioker.

Percayalah dengan Anak Muda

Inter saat ini semakin terbiasa dengan pemain-pemain matang. Dibuktikan dengan datangnya Vidic musim depan. Sebagai contoh di Liverpool ada Sturridge, Jordan Henderson, Raheem Sterling, dan Coutinho. Mereka bisa menampilkan yang terbaik dan menjadi kunci permainan Liverpool. Sudah saatnya berganti dengan pemain muda jika ingin bersaing di papan atas.

Jangan sampai terjadi lagi penyia-nyiaan bakat seperti Davide Santon, Luc Castaignos, Coutinho, Luca Caldirola, dan Giulio Donati. Buktinya mereka bisa menembus tim utama. Bukankah mereka bisa menjadi investasi menarik? Klub tak perlu menghabiskan puluhan juta untuk seorang pemain. Tapi bisa sebaliknya jika ingin bersabar. Saya berharap pemain seperti Juan Jesus, Mateo Kovacic, dan Saphir Taider tak mengalami nasib yang sama.

Liverpool dan Inter memang mirip. Mereka telah merasakan kejayaan berada di puncak tertinggi. Tapi sedang meraihnya kembali. Berat memang karena butuh proses. Saya jadi ingat dengan perkataan di manga Our Field of Dreams oleh Ibu Kensuke, "Lewati jalan neraka untuk menjadi yang terbaik". Perjuangan tak ada yang sia-sia. Asal mau berkorban dan bersabar.

Forza Inter per Sempre!

Saturday, April 12, 2014

Preview: Sampdoria vs Inter

Satu kemenangan, satu kekalahan, dan tiga kali seri. Empat di antaranya bermain di Giuseppe Meazza. Minggu nanti pun bertandang ke Luigi Ferraris di Genoa. Markas tim yang belum pernah kalah di lima pertandingan kandang, Sampdoria. Catatan Inter di tandang tak buruk dengan dua kali menang dan seri, sisanya kalah. Ya, giornata ini memang sangat tricky untuk Inter.

Saya rasa pertandingan nanti akan berjalan sangat ketat. Untuk formasi dasar, kedua tim kemungkinan besar akan menurunkan yang terbaik. Inter dengan 3-5-2 dan Sampdoria dengan 4-2-3-1 yang akan bertransformasi menjadi 4-3-3 atau sebaliknya. Ada yang menarik dari pertandingan ini yaitu absennya Manolo Gabbiadini dan Juan Jesus. Menurut saya faktor ini yang akan menentukan.

Sampdoria juga suka bermain melebar dengan memanfaatkan kedua winger. Dan Gabbiadini adalah tumpuan utamanya. Melalui sisi kanan, entah itu dia melakukan crossing atau membawa bolanya sendiri ke depan gawang. Sejauh ini dia sudah mencetak 8 gol, kedua terbaik di bawah Eder. Nah, apa yang akan dilakukan Sampdoria jika sang andalan absen nanti? Semua tergantung kepada kreativitas Mihajlovic. Bisa saja dia menaikkan Kristicic ke depan dan memasang Pedro Obiang atau Renan untuk menemani Palombo di tengah. Alternatif lainnya adalah memaksa salah satu dari Sansone atau Eder untuk bermain di kanan.

Dengan absennya Juan Jesus kekuatan bertahan akan jauh berkurang. Sejauh ini dia adalah pemain belakang yang baik dalam hal tackle, intercept, dan dribble. Inter sangat beruntung karena Gabbiadini juga absen karena tekanan di sisi kiri pertahanan tidak akan setajam jika ada dia. Namun yang harus dikhawatirkan adalah serangan Sampdoria dari set-piece. 15 gol diciptakan yang berawal dari set-piece mereka. Kali ini Inter butuh Walter Samuel sejak awal. Dengan komandonya di belakang harusnya keuntungan duel udara bisa didapatkan. Rannochia dan Rolando adalah tandem yang pas untuknya kali ini.

Inter harus bisa memanfaatkan sisi disiplin pemain-pemain Sampdoria yang buruk. Sejauh ini mereka tim dengan kartu merah dan pelanggaran per pertandingan terbanyak. Memanfaatkan set piece dengan baik wajib hukumnya. Serangan Inter akan bertumpu ke Jonathan. Karena sisi kiri Sampdoria tidak terlalu bagus. Entah itu Regini ataupun Berardi yang akan berada di sana. Memainkan bola-bola pendek dan through ball bisa efektif karena Icardi, Palacio, dan Nagatomo memiliki kecepatan.

Mungkin hasil akhir hanya akan berbeda tipis hingga satu gol saja. Tapi melawan Sampdoria, saya sih berharap Icardi mencetak hattrick.

Postingan Populer