Thursday, June 11, 2015

Sportiello: Malaikat Penjaga Atalanta

Hampir semua orang pernah mendengar kata malaikat. Banyak agama dan mitologi yang menyebut tentang malaikat. Seringkali diceritakan sebagai penghubung antara manusia dan Tuhan. Namun, tak hanya itu, makhluk gaib ini juga banyak dipercaya sebagai pelindung untuk membantu manusia menuju ke surga.

Jika berbicara soal pelindung, di sepakbola pun ada pemain yang sifatnya mirip-mirip dengan malaikat.  Ya, seorang kiper yang bertugas sebagai pelindung sebuah tim. Perannya memang tak boleh disingkirkan begitu saja. Sebuah tim masih bisa bermain tanpa seorang penyerang, namun tak ada yang bisa bermain tanpa kiper. Sering sekali seorang penjaga gawang menjadi penentu sebuah jalannya laga. Jika dipikir, rasanya agak percuma ketika sebuah tim bermain dominan tapi mudah kebobolan. Karena itu, wajar jika klub-klub selalu mencari kiper yang bagus, bahkan untuk sebuah klub kecil.

Bukan perkara mudah untuk mencari seorang kiper handal. Karena umumnya kematangan permainan seorang kiper ada pada usia senja, mulai sekitar 30. Dibutuhkan kejelian membaca permainan, mengorganisir lini pertahanan, dan pengambilan keputusan yang semakin terasah ketika jam terbang semakin tinggi. Namun, tak jarang banyak kiper-kiper muda yang dipercaya untuk mengawal gawang tim utama. Seperti kiper Atalanta yang digosipkan menjadi incaran klub-klub besar, Marco Sportiello.

Sumber: www.tuttomercatoweb.com

Penampilannya di musim lalu memang mengejutkan. Setelah Atalanta ditinggal kiper utamanya, Andrea Consigli ke Sassuolo, Sportiello seperti musim-musim sebelumnya hanya diperkirakan  sebagai kiper pelapis. Di dalam skuad pun masih ada dua pemain senior Gregorio Frezzolini dan Vlada Avramov. Namun dia berhasil mencuri tempat utama sepanjang musim dengan performa yang konsisten.

Karir Marco Sportiello berawal dari bermain di tim-tim kecil setelah lulus dari akademi Atalanta. Dia sempat bergabung dengan Seregno dan Poggibonsi di Serie-D (level tertinggi dalam liga non-profesional Italia) pada periode 2010 hingga 2012. Musim berikutnya, Sportiello dipinjam oleh Carpi yang saat itu masih di Serie-C. Di klub yang musim depan akan berlaga di Serie-A ini, Sportiello menjadi pilihan utama dan berperan besar dalam promosi ke Serie-B. Di 2013, penjaga gawang kelahiran Desio ini kembali bergabung dengan Atalanta dan menjadi kiper ketiga.
  
Di usia 23 tahun bermain reguler di level Serie-A adalah kesempatan yang sangat berharga, apalagi untuk seorang kiper. Dari keseluruhan musim, hanya sekali absen dari starting line up Atalanta. Dari 37 pertandingan di Serie-A, Sportiello mencatat enam kali clean sheet. Dia berhasil membawa Atalanta selamat dari degradasi di peringkat 17 atau satu peringkat di atas zona tidak aman.

Sportiello saat menahan tendangan penalti Gonzalo Higuain (sumber: sport.yahoo.com)

Atalanta memang bukanlah tim dengan pertahanan terbaik. Total kebobolan di musim lalu mencapai 57 gol. Walau begitu, Marco Sportiello bertindak sebagai kiper yang bisa diandalkan. Menurut whoscored.com, Sportiello membuat 138 penyelamatan atau setara dengan 3,7 kali per pertandingan. Angka ini menjadi yang tertinggi di Serie-A. Inilah salah satu faktor dirinya diminati oleh klub-klub besar termasuk Roma dan Liverpool.

Jumlah kebobolan yang banyak memang terasa berat bagi seorang kiper. Penampilan gemilang seorang penjaga gawang pun kadang tak cukup untuk menghindarkan tim dari kebobolan. Dengan jumlah penyelamatan yang begitu tinggi, menandakan seorang kiper memiliki kemampuan yang baik. Atau dia berada dalam tim dengan pertahanan yang buruk. Ya, setidaknya Atalanta beruntung tak terdegradasi musim ini karena memiliki seorang malaikat muda pelindung di depan gawang.

Tuesday, June 9, 2015

Jeison Murillo, Amunisi Baru Lini Belakang Inter

Bursa transfer dalam sepakbola merupakan salah satu hal yang menarik dalam dunia sepakbola. Di masa jeda kompetisi inilah para media gencar membuat isu dan rumor terkait dengan masa depan seorang pemain atau pelatih. Dan kita, para fans seolah terbuai ketika mendengar bahwa seorang pemain top akan berlabuh di klub kesayangannya musim depan. Atau juga merasa waswas jikalau pemain andalannya akan pergi.

Inter sendiri sudah beberapa kali mendeklarasikan diri akan membeli beberapa pemain top. Ya, dari rumor yang tersebar memang tersemat nama-nama yang telah teruji seperti Yaya Toure dan Stevan Jovetic. Sebenarnya untuk musim depan sudah ada dua nama yang resmi bergabung, yaitu Xerdan Shaqiri dan Davide Santon yang lebih dulu bergabung sejak pertangahan musim lalu dengan status pinjaman. Inter lebih memilih untuk mengaktifkan opsi pembeliannya.

Selain kedua nama di atas, ada satu lagi yang telah resmi bergabung dengan Inter, Jeison Murillo. Dilihat dari namanya yang kurang tenar, wajar jika banyak yang meragukan kemampuannya. Pemain berusia 23 tahun ini ditrasnfer dari Granada pada Februari lalu, jadi baru bisa bergabung di bulan Juli. Posisinya sebagai bek tengah pun membuat anggapan bahwa dirinya hanya akan menjadi pelapis saja di musim depan.

Jeison Murillo berhadapan dengan Lionel Messi (Sumber: thenational.ae) 


Untuk musim depan, Inter akan memiliki stok pemain belakang yang cukup banyak dengan berbagungnya Murillo. Karena walau Campagnaro telah dilepas, masih ada Ranocchia, Vidic, Juan Jesus, dan Andreolli untuk posisi yang sama. Lalu, tepatkah jika Inter membeli seorang Jeison Murillo seharga 8 juta Euro?

Jika berbicara taktik, maka Mancini sudah pasti akan meneruskan pakem dengan empat pemain belakang. Masih ada kemungkinan untuk Juan Jesus kembali dipercaya mengawal sisi kiri pertahanan seperti di beberapa laga. Maka kesempatan Murillo untuk tampil akan lebih besar. Apalagi duet Ranocchia dan Vidic masih sering tampil tak konsisten dan banyak melakukan kesalahan-kesalahan yang berujung kebobolan. Ditambah lagi faktor ketidakpercayaan pelatih-pelatih Inter pada Andreolli.

Murillo memiliki kemampuan bertahan yang cukup baik sebenarnya jika dilihat dari statistiknya musim lalu. Dari 19 penampilan di La Liga, dia membuat rataan 1,9 tekel, 2,2 intersep, dan 5,4 clearance per laga. Yang paling menonjol adalah kemampuan duel udaranya yang mencapai rataan 3,3 per laga atau yang tertinggi diantara semua pemain Granada. Namun, jika membandingkannya dengan para pemain belakang Inter, pemain asal Kolombia ini masih jauh di bawah. Hanya Andreolli yang memiliki statistik yang tak jauh darinya. Namun, mengingat menit bermain yang jauh lebih sedikit dari Murillo maka Andreolli sulit untuk dibandingkan.

Usia 23 tahun masih tergolong muda untuk usia pemain belakang. Karena kematangan para bek akan mulai datang di sekitar 27 atau 28. Waktu bermain yang cukup tinggi di tim utama bersama Granada akan sangat membantu karirnya bersama Inter. Selain itu, Murillo tak seperti Ranocchia dan Vidic yang bertipe lambat.

Kesimpulan

Memboyong pemain muda merupakan sebuah keputusan tepat bagi Inter. Pemain seperti Vidic sepertinya tak akan bertahan lebih lama walau penampilannya masih terbilang baik untuk bermain di level Serie-A. Bukan tak mungkin dirinya akan menjadi poros pertahanan Inter bersama Juan Jesus di tahun-tahun mendatang.

Risiko akan selalu ada mengiringi setiap kontrak yang ditawarkan kepada pemain. Bisa saja sang pemain mengalami cedera parah hingga menghancurkan karirnya, seperti Francesco Coco dulu. Atau ada yang gagal memberikan penampilan terbaiknya dan akhirnya dijual kembali dengan harga yang jauh lebih murah. Dukungan dari pihak pelatih dan klub memang harus diberikan. Jangan sampai bakat Murillo menjadi sia-sia. Jika hanya menjadi penghangat bangku cadangan, mengapa tak mencoba Simone Pasa atau Jacopo Galimberti saja?

Good luck, Jeison.

Monday, June 8, 2015

Review Transfer Inter 2014/15

Kompetisi sepakbola di Eropa sudah berakhir dengan keluarnya Barcelona sebagai juara Liga Champions lalu. Para pemain pun mulai berlibur dan beberapa masih harus bertanding di pentas internasional bersama negaranya. Namun, bukan berarti para klub berhenti bekerja dalam membangun serta memperbaiki tim. Ya, inilah saat yang begitu menarik perhatian, bursa transfer.

Jendela transfer musim panas memang dijadikan waktu yang tepat untuk berbenah skuad. Tak hanya sekedar menambah kedalaman skuad, namun seringkali keputusan klub untuk membeli atau menjual pemain akan berpengaruh terhadap performa sepanjang musim. Ada pemain yang menjadi pilar penting ada juga yang hanya menjadi penghangat bangku cadangan.

Sebagai contoh di musim yang baru berakhir lalu, bagaimana Diego Costa dan Luis Suarez yang menjadi pilar penting dalam merengkuh gelar juara. Atau juga transfer yang bisa dibilang gagal karena ekspektasi yang tinggi tak mampu diiringi dengan penampilan yang konsisten semacam Angel Di Maria dan Falcao di Manchester United. Tak hanya pemain yang datang, kadang kepergian seorang pemain juga bisa berpengaruh besar seperti Real Madrid yang kehilangan Xabi Alonso.

Bagaimana dengan Inter? Ya, bisa dibilang Inter cukup aktif dalam bursa transfer sepanjang musim lalu. Bahkan hingga pergantian pelatih pun terlihat berpengaruh terhadap pemilihan pemain yang didatangkan. Mari kita bahas transfer Inter di musim lalu.

Transfer Musim Panas

Di awal musim, Inter terlihat percaya diri dengan memberi Mazzarri kontrak hingga 2016. Dengan pensiunnya Javier Zanetti dan dilepasnya beberapa pemain senior seperti Diego Milito, Walter Samuel, dan Esteban Cambiasso, meninggalkan lubang besar dalam skuad. Selain kepemimpinan mereka masih dibutuhkan terutama Cambiasso yang menjadi kunci utama dalam bertahan dan menyerang. Mengejutkan karena dirinya juga bertindak sebagai wakil kapten selama beberapa musim.

Dengan formasi andalan 3-5-2 Mazzarri, Inter memang berencana menambah kedalaman skuad. Pemain-pemain yang didatangkan untuk tim utama terlihat menjanjikan. Inter berhasil menggaet Nemanja Vidic, Gary Medel, Pablo Osvaldo, Dodo, Yann M'Vila, dan Rene Krhin. Lubang yang ditinggalkan para veteran pun sudah terpenuhi.

Selain mendatangkan pemain, Inter juga melepas beberapa pemainnya. Kebanyakan adalah pemain-pemain muda yang dianggap belum bisa bersaing dengan tim utama, mereka harus rela dipinjamkan. Nama-nama seperti Ishak Belfodil, Schelotto, Saphir Taider, serta Matias Silvestre pun turut disingkirkan dari Giuseppe Meazza. Yang paling mengejutkan adalah dilepasnya Ricardo Alvarez ke Sunderland. Padahal dirinya mendapat tempat reguler pada musim sebelumnya. Penampilannya pun berujung pada pemanggilan ke skuad Argentina di Piala Dunia lalu.

Transfer Musim Dingin

Buruknya performa Inter berujung kepada pemecatan Mazzarri dan diganti oleh Roberto Mancini. Perubahan besar pada taktik dasar dari penggunaan tiga pemain belakang menjadi empat bek cukup berpengaruh pada pemain yang didatangkan di bursa transfer kali ini. Inter mendatangkan Lukas Podolski, Xerdan Shaqiri, Marcelo Brozovic, Felipe, dan Davide Santon.

Masuknya Podolski, Shaqiri, dan Santon memang direncanakan untuk menambah daya serang Inter, terutama jika Mancini butuh opsi tambahan dalam menyerang dari sisi lapangan. Selain itu, dilepasnya Pablo Osvaldo pun mengurangi stok pemain di lini depan.

Sumber: www.zimbio.com


Perekrutan Terbaik

Perekrutan terbaik Inter jika melihat dari performa sepanjang musim adalah Gary Medel. Dari seluruh pemain yang didatangkan, hanya pria berdarah Chile ini yang benar-benar memberi perubahan besar. Dia adalah pemain dengan penampilan terbanyak di bawah Handanovic dan top skor Inter, Mauro Icardi dengan total 44 pertandingan di seluruh kompetisi.

Kemampuannya dalam membaca permainan begitu baik. Menurut whoscored.com, Medel adalah pemain yang paling banyak melakukan intersep dengan 2,9 kali per laga. Selain itu, dia juga pandai dalam menjaga kestabilan tim saat menyerang dengan jumlah operan 77,1 per laga dengan akurasi hingga 91,8%. Uang 8 juta Euro saat memboyong pemain gempal ke Giuseppe Meazza pun tak terasa sia-sia. Bisa dibilang, Gary Medel adalah perekrutan terbaik Inter di musim lalu.

Perekrutan Terburuk

Dari sekian banyak pemain yang datang ke Inter, sedikit sekali yang menampilkan performa apik. Cukup sulit untuk menentukan siapa yang pantas mendapat predikat ini. Sebenarnya ada dua nama, Yann M'vila dan Lukas Podolski.

Keduanya sama-sama gagal menampilkan yang terbaik untuk Inter. Podolski yang dipinjam di bulan Januari lalu sempat disorot oleh dunia sepakbola karena dianggap mengambil keputusan yang tepat. Minimnya waktu bermain di Arsenal menjadi alasan utamanya menerima tawaran Inter. Kemampuannya pun dianggap mampu mendongkrak Inter bersama pelatih baru Roberto Mancini. Namun sayang, dirinya malah (kembali) gagal bersaing dengan kembalinya Palacio dari cedera dan semakin tajamnya Mauro Icardi. Inter pun semakin mantap dengan formasi 4-3-1-2 yang artinya kesempatan bermain dirinya sebagai pemain sayap pun berkurang.

Yann M'Vila adalah pemain berusia 24 tahun yang dipinjam dari Rubin Kazan. Sebenarnya dirinya tak buruk-buruk amat. Dirinya memang diplot sebagai pelapis Gary Medel sebagai gelandang bertahan. Apalagi dia memiliki kemampuan duel udara sebagai kelebihan yang tak dimiliki Medel. Yang mengecewakan adalah fakta bahwa pemuda asal Prancis ini bahkan gagal menempati tim utama ketika Medel absen. Sejak era Mazzarri hingga Mancini, waktu bermain yang diberikan sangat minim. Kebanyakan sebagai pemain pengganti di akhir-akhir laga. Bahkan dirinya kalah bersaing dengan Kuzmanovic yang notabene bukan sorang gelandang bertahan murni.

Jika melihat secara keseluruhan, strategi transfer Inter musim ini lebih kepada menambah kedalaman skuad. Hanya Gary Medel dan Vidic yang benar-benar menjadi bagian penting di Inter. Memang Inter terkenal kurang cermat dalam memilih pemain. Untungnya, sebagian besar hanya bergabung sebagai pemain pinjaman saja. Beruntung.

Postingan Populer