Thursday, July 19, 2018

Radja Nainggolan: Pemain Mematikan di Belakang Penyerang



Dari kelima pemain baru Inter, terselip nama besar yang patut diperhatikan. Dia adalah Radja Nainggolan. Pemain ini telah diakui sebagai salah satu talenta terbaik di Serie A saat ini.

Melihat Radja memilih bergabung dengan Inter tentu sebuah hal yang menarik. Hal itu diperkuat oleh fakta bahwa ia direkrut dari salah satu klub rival, AS Roma.

Bagi Interisti, sebutan untuk para penggemar Inter, kehadiran mereka menjadi sesuatu yang harus diapresiasi. Meski dari segi usia tak lagi muda, Nainggolan adalah sosok penting di klub terdahulunya. Bisa dibilang dengan bergabungnya Radja, Inter telah menunjukkan kalau mereka memang tak main-main dalam menyambut musim mendatang.

Radja Nainggolan

Saya masih ingat pertama kali mendengar nama Radja Nainggolan beberapa tahun lalu. Saat itu, ia masih membela Cagliari. Tentu saya sempat mengernyitkan dahi melihat ada nama "Nainggolan" yang berlaga di kasta tertinggi sepak bola Italia. Tak lama akhirnya diketahui bahwa ia memang memiliki darah keturunan Indonesia. Namun yang membuatnya semakin unik adalah Radja pria berkebangsaan Belgia.

Terlepas dari keunikan silsilah keluarganya, Nainggolan memang menjadi salah satu sosok yang bersinar di Cagliari. Bermain di posisi gelandang, ia selalu bermain energik dan menjadi pusat permainan di lini tengah. Radja, bersama Davide Astori, menjadi pemain Cagliari paling diburu oleh klub-klub besar kala itu.

Pada akhirnya Nainggolan pun memilih pinangan AS Roma pada 2014. Selama kurang lebih empat tahun membela klub ibukota, Radja telah menahbiskan dirinya menjadi salah satu pemain paling berbahaya di Serie A.

Seperti yang kita ketahui, Nainggolan adalah gelandang kreatif yang bisa memecah kebuntuan timnya. Entah itu melalui umpan-umpannya atau ia sendiri yang menyelesaikan peluang. Radja juga memiliki ketahanan fisik mumpuni dan bisa bermain di berbagai posisi. Ia juga bisa diandalkan untuk ikut bertahan bila dibutuhkan.

Pemain Berbahaya di Belakang Penyerang

Di musim lalu Roma paling sering menggunakan skema 4-3-3. Nainggolan menjadi tumpuan utama Roma dalam menyerang. Cukup terlihat bahwa Di Francesco seringkali menempatkan dirinya sedikit lebih ke depan dibanding dua pemain tengah lainnya. Yang membuat Roma lebih terlihat bermain sebagai 4-2-1-3 ketika menyerang.

Dengan bermain lebih ke depan, terbukti bahwa Radja menjadi lebih efektif. Dari total 31 penampilan di Serie A, ia berhasil berkontribusi langsung dalam 15 gol yang tercipta (4 gol dan 9 asis). Nainggolan pun memiliki rataan 1,9 umpan kunci per pertandingan. Hanya Kolarov yang mampu melampauinya (2,3).

Penampilan impresif Radja di musim lalu, tak lepas dari taktik yang dibentuk oleh sang pelatih. Karena bila diperhatikan, Roma memang bermain dengan Radja sebagai pusatnya. Maka dari itu, Di Francesco memilih untuk memasang dua gelandang bertahan di belakang Radja. Entah itu De Rossi, Kevin Strootman, atau Lorenzo Pellegrini. Berkat itu, Radja lebih leluasa dalam menyerang.

Di Francesco memang sadar betul seberapa besar kemampuan Nainggolan. Tak banyak pemain yang memiliki visi bermain dan ditumpu dengan teknik mumpuni serta ketahanan fisik yang baik. Selain itu, ia juga pandai melepas umpan-umpan berbahaya yang bisa membelah pertahanan lawan. Tercatat Radja menjadi pemain Roma yang paling sering mengirim umpan terobosan, dengan rataan sukses mencapai 0,3 per pertandingan.

Terlepas dari itu, Nainggolan juga terbilang baik dalam soal membantu pertahanan. Di musim lalu, ia mencatat rataan tekel sukses 1,6 per pertandingan. Angka ini terbilang cukup tinggi untuk pemain yang berposisi sebagai gelandang serang seperti Nainggolan. Bahkan angka tersebut sama dengan apa yang diperoleh Federico Fazio. Perbedaannya, jumlah tekel Fazio yang lebih banyak dibanding Nainggolan.

Kepingan Taktik Spalletti yang Hilang

Dari sini timbul sebuah pertanyaan, apakah Spalletti akan membentuk Inter yang berpusat pada Nainggolan?

Melihat dari gaya bermain Inter di musim lalu, bisa saja hal itu terjadi. Faktor utamanya adalah karena Inter dan Roma di musim lalu sama-sama mengandalkan serangan melalui sisi sayap. Serta menempatkan dua gelandang pekerja di lini tengah.

Namun perbedannya, Inter tak memiliki pemain tengah yang cocok untuk memerankan advanced playmaker seperti Radja. Peran itu pun lebih banyak diemban oleh Ivan Perisic di musim lalu. Sebelum pada akhirnya Rafinha memberi sedikit alternatif di kubu Inter.

Memang Il Nerazzurri memiliki Marcelo Brozovic dan Borja Valero. Namun di musim lalu, kita bisa melihat bagaimana Brozovic menunjukkan potensi besarnya sebagai gelandang box to box. Yang pada akhirnya sangat berguna baginya saat berlaga di Piala Dunia bersama Kroasia. Sedangkan Valero lebih cocok ditempatkan di posisi yang lebih dalam, karena mobilitasnya sudah tak sebaik ketika ia masih muda dulu. Lagipula Inter butuh Valero sebagai penyeimbang dan pemain yang bisa mengendalikan tempo di lini tengah.

Maka dari itu, bisa dibilang Nainggolan adalah sosok yang benar-benar dibutuhkan oleh Spalletti. Setidaknya untuk membuat serangan Inter lebih variatif. Tidak melulu mengandalkan keajaiban Perisic atau kerja keras Candreva dari sisi lapangan saja.

Menurut saya, di musim depan Nainggolan akan menjadi pemain yang sulit tergantikan. Kasarnya, bagaimana pun skema dasar yang diterapkan Spalletti, akan ada Nainggolan di sana.

Nah, bagaimana bila Inter bermain dengan tiga bek? Maka Nainggolan akan berdiri di belakang Icardi. Atau jika Spalletti ingin menggunakan dua penyerang, maka Nainggolan akan tetap berdiri di belakang Icardi.

*****

Tentang Kwadwo Asamoah, Lautaro Martinez, dan Matteo Politano akan dibahas di tulisan-tulisan berikutnya.

Tulisan ini adalah lanjutan dari serial "Analisis Para Pemain Baru Inter 2018/2019"

Tuesday, July 17, 2018

Analisis Para Pemain Baru Inter 2018/2019




Lolos ke Liga Champions adalah salah satu pencapaian besar bagi Inter. Miris memang sebagai salah satu tim yang punya sejarah di turnamen tersebut, faktanya Inter telah absen selama bertahun-tahun. Namun hadirnya Luciano Spalletti serta penampilan apik yang ditunjukkan para pemain di musim lalu, pada akhirnya berhasil membawa Inter kembali ke panggung tertinggi Eropa.

Artinya di musim depan Inter akan berlaga di tiga kejuaraan, Serie A (liga), Piala Italia, dan Liga Champions. Jadwal pertandingan tentunya akan menumpuk. Hal ini bisa menjadi batu terjal bagi Inter.

Salah satu kekhawatiran pada sebuah klub yang bermain di banyak kompetisi adalah tentang konsistensi serta kebugaran pemain, terutama para pemain kunci. Belum lagi masih ada potensi kerugian lain dari cedera dan larangan bermain. Maka dari itu, Inter memang butuh kedalaman skuad yang lebih baik dibanding musim lalu.

Ya, kedalaman skuad memang telah menjadi masalah Inter selama beberapa tahun ke belakang. Bahkan di musim lalu, terlihat sekali Inter begitu berbeda ketika Icardi absen, atau Perisic tidak tampil impresif seperti laga-laga lainnya.

Dilihat dari pergerakan Inter untuk mempersiapkan musim depan, Inter berupaya mengatasi hal itu dengan mendatangkan pemain-pemain baru. Namun yang membuatnya menarik adalah pemain-pemain yang telah resmi diboyong sepertinya tak hanya diproyeksikan menjadi pelapis semata, melainkan untuk menambah kekuatan utama.

Sejauh ini, Inter telah resmi merekrut lima nama, Stefan De Vrij, Radja Nainggolan, Kwadwo Asamoah, Lautaro Martinez, dan Matteo Politano. Bagaimana mereka akan masuk ke dalam skema Spalletti nanti? Mari saya bahas satu per satu.

Stefan De Vrij

Pertama kali mendengar rumor bahwa De Vrij akan berlabuh ke Inter, awalnya saya tak percaya. Namun ternyata rumor tersebut menjadi kenyataan. Yang lebih mengejutkan adalah Inter mendapatkannya secara cuma-cuma, alias gratis. Ini pun membuat saya terkejut. Karena memang klub ini terbilang jarang mendapatkan pemain bagus tanpa harus menggelontorkan uang banyak. Ternyata Inter telah banyak berubah ya, syukurlah.

Oke, kita langsung bahas saja ya.

Stefan De Vrij
Bagi yang belum tahu, De Vrij adalah pemain yang berposisi sebagai bek tengah. Namanya pertama kali mencuat ketika memperkuat Feyenoord selama lima tahun, sebelum pindah ke Lazio pada 2014. Penampilan gemilangnya bersama tim nasional Belanda di Piala Dunia 2014 semakin melambungkan nama De Vrij, apalagi saat itu ia menjadi pilar penting dari skema Louis Van Gaal.

Selama empat tahun berkarier di Lazio, total ia tampil di 110 pertandingan dan mencetak 10 gol. Pemain berusia 26 tahun ini dikenal sebagai bek tengah yang handal membaca permainan. Selain itu, ia juga memiliki kemampuan dalam membangun serangan dari belakang bila dibutuhkan.

Di musim lalu, ia mencatat rataan 2 intersep per pertandingan di liga. Nilai itu menjadi kedua tertinggi di bawah Wallace. Namun yang harus diperhatikan adalah jumlah bermain De Vrij jauh di atas Wallace (36 berbanding 14). Bila dibandingkan dengan pemain Inter, angka tersebut pun jauh berada di atas. Bek tengah Inter dengan catatan intersep terbaik adalah Cancelo dan D'Ambrosio (1,3). Sedangkan Miranda dan Skriniar masing-masing hanya mencatat 1,2 dan 0,9 per pertandingan.

Selain itu, Stefan juga memiliki akurasi passing yang sangat baik. Dia pun menjadi pemain Lazio dengan persentase rataan terbaik di musim lalu yang mencapai 91,4%. Yang menarik adalah ia mencatat 2,8 long pass sukses per pertandingan.



Tentunya, Inter memiliki keuntungan yang luar biasa dengan mendapatkan De Vrij. Kemungkinan besar Spalletti akan menduetkan pria Belanda ini dengan Skriniar atau Miranda. Bisa juga ketiganya bermain bersamaan dengan skema tiga bek.

Perpaduan tiga pemain ini harusnya bisa membentuk lini belakang yang kokoh. Kasarnya, Inter akan memiliki De Vrij dengan kemampuan membaca permainan dan peran sebagai ball player, Skriniar yang kuat dalam duel satu lawan satu, serta kepemimpinan dan ketenangan yang dimiliki Miranda.

Bila Spalletti benar-benar menggunakan tiga bek di musim depan, maka kita akan melihat Inter dengan cara bermain yang berbeda secara keseluruhan dibanding musim lalu.

***

Untuk pemain-pemain lain dan prediksi skema permainan akan dibahas di tulisan-tulisan berikutnya.

Postingan Populer