Tuesday, March 18, 2014

Kejayaan Semu Belanda

Sumber gambar: (www.flagspot.net)

Kali ini bukan penampilan brilian Jonathan atas Verona. Bukan juga pesta penalti di Old Trafford yang akan dibahas. Jauh dari dua hal bertolak belakang itu masih ada menarik. Kalian tahu tentang Belanda? Negara yang punya sejarah panjang di kehidupan negeri tercinta ini sedang mengalami masa transisi di dunia sepakbola. Lupakan sejenak nama-nama besar dan kemegahan Total Football. Kejayaan semu itu mulai terasa di persepakbolaan Belanda.

Banyak sekali orang yang menyukai bahkan mengidolakan tim nasional Belanda. Setiap ajang sepakbola bergengsi sudah hal pasti jika negeri ini menjadi kandidat kuat juara. Dengan bekal pemain-pemain kelas atas, para fansnya pun akan ikut percaya diri. Padahal jika melihat faktanya Belanda baru sekali memenangkan kejuaraan yaitu Piala Eropa 1988. Bahkan lebih "kecil" ketimbang Inggris yang sudah pernah menjuarai dunia. Tak ada bedanya dengan negara-negara seperti Denmark dan Yunani kalau seperti itu. Tapi Belanda selalu ditempatkan di atas mereka. Kenapa?

Bisa saja orang dengan sembarang menjawab karena faktor pemain atau pelatih. Coba lihat Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012 lalu. Skuad mereka tidak terlalu jauh bahkan pelatihnya pun masih sama Bert van Marwijk. Tapi prestasinya terlalu timpang dan jauh untuk dibandingkan. Ya bayangkan di dalam tim anda berisikan pemain sekelas Arjen Robben, Wesley Sneijder, Robin van Persie, Klaas-Jan Huntelaar. Membayangkannya saja sudah membuat para kiper merinding mungkin. Tapi nyatanya mereka gagal untuk setidaknya menunjukkan kembali performa yang sama di dua tahun sebelumnya.

Beruntung di grup penyisihan tak ada tim yang benar-benar sepadan untuk mereka. Karena sejak 2010 atau tepatnya melawan Uruguay di semifinal Piala Dunia, Belanda belum pernah menang dari tim-tim besar kecuali Inggris. Total sembilan pertandingan hanya sekali menang. Empat pertandingan kalah dan seri. Seri melawan Brazil, Jerman, Portugal, dan Italia. Dan kalah melawan Portugal, Prancis, dua kali oleh Jerman. Sudah jelas kan ada penurunan di tubuh Belanda. Jangan heran jika di turnamen besar nanti mereka akan gagal lagi.

Kurang lengkap jika hanya berbicara tim nasional tanpa membahas Eredivisie-nya. Divisi teratas sepakbola Belanda ini tak ubahnya menjadi liga medioker Eropa. Tim-timnya pun sudah jauh bergeser kekuatannya. Tak ada lagi ancaman berarti dari Ajax, PSV, atau Feyenoord di Eropa. Menurunnya prestasi tim-tim Belanda memang mempengaruhi Eredivisie sendiri. Bahkan sekarang mereka kalah dari Liga Portugal, Prancis, dan Rusia. Identitas sebagai liga yang menghasilkan bakat-bakat muda baru pun telah hilang. Tim-tim kaya lebih suka membeli pemain dari liga Prancis atau Portugal.

Lihat saja pemain-pemain yang pernah menjadi top scorer Eredivisie selalu menjadi incaran klub-klub besar liga lain. Di antaranya telah menjadi legenda seperti Ronaldo, Dennis Bergkamp, Jari Litmanen, dan Ruud van Nistelrooy. Berbeda jika melihat beberapa tahun ke belakang. Hanya Luis Suarez, Dirk Kuyt, dan Klaas Jan Huntelaar yang punya reputasi bagus setelah pindah dari Belanda. Nama-nama seperti Afonso Alves, El Hamdaoui, dan Bjorn Vleminckx seperti pemain yang biasa-biasa saja. Sama saja seperti Bas Dost dan Wilfried Bony yang menghuni tim papan tengah seperti sekarang.

Bahkan saya melihat produksi pemain-pemain muda pun semakin kalah oleh tetangganya Belgia. Yang perlahan menelurkan bakat-bakat yang mengguncang dunia. Yah jika Belanda ingin memenangkan sesuatu harusnya dimulai dari dalam negeri sendiri. Harus ada identitas kuat dalam Eredivisie. Apakah ingin menjadi liga yang mengandalkan pemain-pemain berbakat seperti dulu. Atau menarik investor-investor kaya seperti Liga Prancis untuk menarik minat para pemain muda. Karena tak mungkin terus menerus menjadi liga medioker seperti sekarang. Mengingat kejayaan yang dulu pernah datang. Kejayaan semu yang selalu menyelimuti Belanda.

No comments:

Post a Comment

Postingan Populer