Monday, April 7, 2014

Review Inter 2 vs 2 Bologna: Sakit Gigi Akhir Pekan

Akhir pekan kemarin terasa kelabu untuk saya. Banyak hal-hal yang mengganggu kenyamanan kehidupan sehari-hari saya. Yang pertama saya divonis akan tumbuh gigi graham yang paling belakang. Ah sakitnya bukan main. Padahal di hari minggunya diadakan acara keluarga dimana kita ramai berkumpul dan membicarakan banyak hal. Tentunya dengan sajian makan siang yang lain dari biasanya. Jangankan untuk lahap menyantap kue-kue dan lauk yang begitu nikmat. Bahkan untuk sekedar merapatkan mulut saja saya merasa sakit.

Apa boleh buat itu adalah satu contoh dari hukum alam. Saat ada yang hilang pasti akan ada yang muncul. Oh iya, ada satu hal lagi yang mengganggu. Itu adalah Inter yang kembali seri melawan tim semenjana. Kali ini lawannya adalah Bologna, hanya berada satu peringkat di atas zona degradasi. Padahal sudah dua kali unggul tapi tetap saja bisa tersusul kembali. Menyedihkan.

Sebenarnya saya sudah berharap akan ada perubahan besar ketika Kovacic muncul. Saya berharap dia menjadi seorang Joseph Rouletabille saat memecahkan kasus kamar kuning yang terkenal itu. Datang terlambat membawa semua fakta dan bukti. Untuk mengungkap kebenaran dan membuat tenang hati semua orang. Ya memang benar karena gol kedua Inter langsung hadir.

Saya sudah membuat prediksi kecil-kecilan di tulisan sebelumnya. Tapi saya tidak menyangka akan benar-benar terjadi. Terutama dengan hasil akhirnya. Ada satu hal yang luput dari perkiraan saya, masuknya Diego Milito. Mazzarri memasukkan Milito setelah Inter kebobolan dengan situasi konyol. Mungkin karena sudah tak tahan menahan perilaku para pemainnya. Awalnya saya mengira Mazzarri akan memasukkan Ruben Botta atau Guarin. Memasukkan Milito menjadikan pedang bermata dua. Di satu sisi Inter akan lebih intens menyerang, di satu sisi counter-attack akan lebih mudah.

Memang rahasia Tuhan begitu besar. Inter mendapatkan penalti. Pemain yang mirip dengan Sylvestre Stallone itu sudah pasti jadi algojonya. Dan gagal. Milito masuk hanya menjadi pusat perhatian. Menutupi semua yang ada. Kegemilangan brace Icardi, kekonyolan Rolando yang disebut-sebut sebagai cultured defender, dan kegemilangan kiper Bologna sepanjang pertandingan. Hanya satu yang tak tertutupi. Sakit gigi.

1 comment:

Postingan Populer