screenrant.com |
Dalam seminggu terakhir, ada satu hal yang ramai dibicarakan selain
kedatangan Raja Salman ke Indonesia, yaitu film Logan. Banyak sekali pujian dan
sanjungan yang diberikan pada Logan, baik itu di timeline media sosial ataupun
perbincangan dengan teman-teman. Ya, hal itulah yang membuat saya tertarik
untuk menonton Logan.
Sebenarnya terlepas dari bagus atau tidak, saya tetap ingin
menyaksikan Logan. Karena saya sendiri adalah salah satu penggemar film-film
X-Men dan karakter Wolverine. Hanya saja timbul rasa penasaran, apa iya film
superhero bisa sebagus seperti yang diucap oleh orang-orang.
Sedikit Cerita Tentang
Wolverine
Bagi yang belum tahu, film Logan bercerita tentang sosok Wolverine di
masa tuanya. Logan, yang diperankan oleh Hugh Jackman, adalah karakter utama
dalam franchise X-Men. Ya, jadi Logan ini adalah salah satu film spin-off dari
franchise utamanya, X-Men.
Wolverine sendiri adalah salah satu mutan yang paling kuat. Dia
memiliki kemampuan regenerasi yang sangat cepat. Maka dari itulah dia bisa hidup
jauh lebih lama dibanding manusia pada umumnya. Selain itu, dia juga punya
cakar di tangan yang keluar dari dalam tubuhnya. Cakarnya pun terbuat dari
adamantium, logam (fiksi) terkuat yang pernah ada.
Sosok Wolverine menjadi begitu ikonik dalam film X-Men. Ya, selain
karena perannya sebagai pusat cerita, Hugh Jackman punya andil yang besar dalam
hal ini. Dia berhasil memerankan karakter kuat dengan kepribadian cuek dan
tanpa basa-basi. Sosok Wolverine pun seolah melekat dalam diri Hugh Jackman.
Maka dari itu rasanya wajar jika Fox pada akhirnya membuat spin-off
untuk Wolverine. Nah, film Logan ini adalah yang ketiga, namun dianggap yang
terbaik. Karena memang kedua film sebelumnya jauh dari kesan memuaskan.
Peran Film Logan untuk
Franchise X-Men
Setelah menontonnya, saya pun menyetujui bahwa memang Logan adalah
film yang bagus. Namun menurut saya Logan tak hanya sekadar bagus, tapi lebih
dari itu. Logan seolah menjadi penanda kebangkitan franchise X-Men dan superhero
mutan.
Bisa dibilang X-Men menjadi salah satu yang berperan besar dalam
popularitas film superhero di abad ke-21, selain Blade. Di awal tahun 2000-an
memang film superhero mulai menurun, karena selain film yang berbasis Marvel
dan DC, hampir tak ada. Setelah Unbreakable karya M. Night Shyamalan, tak ada
lagi film superhero yang “original”.
Film tentang para superhero mutan itu pun mulai banyak dilirik dan
meraih banyak fans. Apalagi melihat respon dari para jurnalis yang melihat film
ini memiliki potensi yang besar. Fox pun akhirnya memberanikan diri untuk
membuat sekuel dan menjadikannya franchise besar.
Namun seperti hal pada umumnya, franchise X-Men pun mengalami titik
jenuh. Awalnya dimulai dari X-Men: The Last Stand yang kualitasnya menurun jauh
jika dibandingkan dua film sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah keluarnya
Bryan Singer dari kursi sutradara. Setelah itu muncul spin-off Wolverine, yang
kita tahu seperti apa hasilnya.
Bisa dibilang, franchise tersebut tertolong berkat hadirnya prekuel
X-Men: First Class dan sebuah “timeline reboot” di X-Men: Days of Future Past.
Namun kejenuhan itu sampai pada puncaknya ketika X-Men: Apocalypse muncul.
Berbeda dengan awal kemunculannya, Apocalypse terkesan hanya film yang dibuat
untuk senang-senang saja.
Nah, karena itu Fox mulai memberi penyegaran lewat Deadpool. Mereka
terlihat sekali ingin melakukan perubahan dalam dunia film superhero ini. Logan
pun akhirnya dibuat dengan embel-embel rating R, alias untuk dewasa. Di sinilah
sudah terlihat pertanda bahwa Fox ingin membuat film dengan “serius”.
Hasilnya pun tak mengecewakan, karena Logan seolah berada satu level
di atas semua film X-Men yang pernah ada. Dari segi penuturan cerita dan
adegan-adegan action yang solid, Logan mengingatkan saya pada The Raid:
Berandal. Maka dari itu, kita yang seolah telah jenuh menonton film X-Men pun
seakan-akan dibuat semangat lagi oleh Logan. Karena memang film seperti inilah yang
telah ditunggu sejak lama.
Dengan keberhasilan Logan, pihak Fox pun akan terus bersaing meraih
popularitas dengan Marvel Cinematic Universe (MCU) dan DC Extended Universe
(DCEU). Ya, mereka kini tak hanya mengejar target anak-anak saja, tapi juga
orang dewasa yang biasanya agak skeptis dengan film superhero.
Sentilan Untuk Film-Film
Superhero
Logan seolah menyentil film-film superhero lain yang ada di abad
ke-21. Ya film ini mengingatkan bahwa film superhero akan jauh lebih baik jika
membuat “film yang sebenarnya”.
Karena sangat disayangkan kebanyakan film superhero seolah hanya ingin
pamer visual saja. Tanpa ada penggambaran karakter yang kuat, tanpa ada
penulisan cerita yang baik. Dua hal penting itulah yang sering dilewatkan. Ya
jangan lupakan alasan mengapa banyak orang begitu menyukai trilogi The Dark
Knight-nya Christoper Nolan.
Patut diingat juga bahwa Wolverine bukanlah sebuah materi baru.
Berbeda halnya dengan apa yang terjadi dengan Deadpool maupun Doctor Strange.
Mereka hadir membawa kesegaran, dengan menawarkan karakteristik yang unik. Sedangkan
karakter Wolverine telah ada sejak tahun 2000, alias 17 tahun lalu.
Yang dilakukan James Mangold hanyalah mengeluarkan segala potensi yang
ada di dalam karakter Wolverine. Dia pun menyajikan cerita yang bisa dinikmati tanpa
harus menyalahkan penonton yang tidak membaca komiknya.
Terima Kasih Hugh Jackman!
Kabarnya, Logan menjadi film terakhir untuk Hugh Jackman berperan
sebagai Wolverine. 17 tahun sudah dilaluinya sebagai mutan yang paling ikonik
dalam film X-Men. Ya kita hanya bisa berterima kasih pada film Logan dan James
Mangold. Terima kasih untuk menutup karier Hugh Jackman sebagai Wolverine
dengan luar biasa, dan terima kasih juga karena telah memberi gambaran
bagaimana membuat film superhero yang baik.
No comments:
Post a Comment