Monday, March 6, 2017

Terima Kasih Logan

screenrant.com

Dalam seminggu terakhir, ada satu hal yang ramai dibicarakan selain kedatangan Raja Salman ke Indonesia, yaitu film Logan. Banyak sekali pujian dan sanjungan yang diberikan pada Logan, baik itu di timeline media sosial ataupun perbincangan dengan teman-teman. Ya, hal itulah yang membuat saya tertarik untuk menonton Logan.

Sebenarnya terlepas dari bagus atau tidak, saya tetap ingin menyaksikan Logan. Karena saya sendiri adalah salah satu penggemar film-film X-Men dan karakter Wolverine. Hanya saja timbul rasa penasaran, apa iya film superhero bisa sebagus seperti yang diucap oleh orang-orang.

Sedikit Cerita Tentang Wolverine

Bagi yang belum tahu, film Logan bercerita tentang sosok Wolverine di masa tuanya. Logan, yang diperankan oleh Hugh Jackman, adalah karakter utama dalam franchise X-Men. Ya, jadi Logan ini adalah salah satu film spin-off dari franchise utamanya, X-Men.

Wolverine sendiri adalah salah satu mutan yang paling kuat. Dia memiliki kemampuan regenerasi yang sangat cepat. Maka dari itulah dia bisa hidup jauh lebih lama dibanding manusia pada umumnya. Selain itu, dia juga punya cakar di tangan yang keluar dari dalam tubuhnya. Cakarnya pun terbuat dari adamantium, logam (fiksi) terkuat yang pernah ada.

Sosok Wolverine menjadi begitu ikonik dalam film X-Men. Ya, selain karena perannya sebagai pusat cerita, Hugh Jackman punya andil yang besar dalam hal ini. Dia berhasil memerankan karakter kuat dengan kepribadian cuek dan tanpa basa-basi. Sosok Wolverine pun seolah melekat dalam diri Hugh Jackman.

Maka dari itu rasanya wajar jika Fox pada akhirnya membuat spin-off untuk Wolverine. Nah, film Logan ini adalah yang ketiga, namun dianggap yang terbaik. Karena memang kedua film sebelumnya jauh dari kesan memuaskan.

Peran Film Logan untuk Franchise X-Men

Setelah menontonnya, saya pun menyetujui bahwa memang Logan adalah film yang bagus. Namun menurut saya Logan tak hanya sekadar bagus, tapi lebih dari itu. Logan seolah menjadi penanda kebangkitan franchise X-Men dan superhero mutan.

Bisa dibilang X-Men menjadi salah satu yang berperan besar dalam popularitas film superhero di abad ke-21, selain Blade. Di awal tahun 2000-an memang film superhero mulai menurun, karena selain film yang berbasis Marvel dan DC, hampir tak ada. Setelah Unbreakable karya M. Night Shyamalan, tak ada lagi film superhero yang “original”.

Film tentang para superhero mutan itu pun mulai banyak dilirik dan meraih banyak fans. Apalagi melihat respon dari para jurnalis yang melihat film ini memiliki potensi yang besar. Fox pun akhirnya memberanikan diri untuk membuat sekuel dan menjadikannya franchise besar.

Namun seperti hal pada umumnya, franchise X-Men pun mengalami titik jenuh. Awalnya dimulai dari X-Men: The Last Stand yang kualitasnya menurun jauh jika dibandingkan dua film sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah keluarnya Bryan Singer dari kursi sutradara. Setelah itu muncul spin-off Wolverine, yang kita tahu seperti apa hasilnya.

Bisa dibilang, franchise tersebut tertolong berkat hadirnya prekuel X-Men: First Class dan sebuah “timeline reboot” di X-Men: Days of Future Past. Namun kejenuhan itu sampai pada puncaknya ketika X-Men: Apocalypse muncul. Berbeda dengan awal kemunculannya, Apocalypse terkesan hanya film yang dibuat untuk senang-senang saja.

Nah, karena itu Fox mulai memberi penyegaran lewat Deadpool. Mereka terlihat sekali ingin melakukan perubahan dalam dunia film superhero ini. Logan pun akhirnya dibuat dengan embel-embel rating R, alias untuk dewasa. Di sinilah sudah terlihat pertanda bahwa Fox ingin membuat film dengan “serius”.

Hasilnya pun tak mengecewakan, karena Logan seolah berada satu level di atas semua film X-Men yang pernah ada. Dari segi penuturan cerita dan adegan-adegan action yang solid, Logan mengingatkan saya pada The Raid: Berandal. Maka dari itu, kita yang seolah telah jenuh menonton film X-Men pun seakan-akan dibuat semangat lagi oleh Logan. Karena memang film seperti inilah yang telah ditunggu sejak lama.

Dengan keberhasilan Logan, pihak Fox pun akan terus bersaing meraih popularitas dengan Marvel Cinematic Universe (MCU) dan DC Extended Universe (DCEU). Ya, mereka kini tak hanya mengejar target anak-anak saja, tapi juga orang dewasa yang biasanya agak skeptis dengan film superhero.

Sentilan Untuk Film-Film Superhero

Logan seolah menyentil film-film superhero lain yang ada di abad ke-21. Ya film ini mengingatkan bahwa film superhero akan jauh lebih baik jika membuat “film yang sebenarnya”.

Karena sangat disayangkan kebanyakan film superhero seolah hanya ingin pamer visual saja. Tanpa ada penggambaran karakter yang kuat, tanpa ada penulisan cerita yang baik. Dua hal penting itulah yang sering dilewatkan. Ya jangan lupakan alasan mengapa banyak orang begitu menyukai trilogi The Dark Knight-nya Christoper Nolan.

Patut diingat juga bahwa Wolverine bukanlah sebuah materi baru. Berbeda halnya dengan apa yang terjadi dengan Deadpool maupun Doctor Strange. Mereka hadir membawa kesegaran, dengan menawarkan karakteristik yang unik. Sedangkan karakter Wolverine telah ada sejak tahun 2000, alias 17 tahun lalu.

Yang dilakukan James Mangold hanyalah mengeluarkan segala potensi yang ada di dalam karakter Wolverine. Dia pun menyajikan cerita yang bisa dinikmati tanpa harus menyalahkan penonton yang tidak membaca komiknya.

Terima Kasih Hugh Jackman!

Kabarnya, Logan menjadi film terakhir untuk Hugh Jackman berperan sebagai Wolverine. 17 tahun sudah dilaluinya sebagai mutan yang paling ikonik dalam film X-Men. Ya kita hanya bisa berterima kasih pada film Logan dan James Mangold. Terima kasih untuk menutup karier Hugh Jackman sebagai Wolverine dengan luar biasa, dan terima kasih juga karena telah memberi gambaran bagaimana membuat film superhero yang baik.

No comments:

Post a Comment

Postingan Populer