imdb.com |
Sebenarnya saya baru tahu bahwa tanggal 8 Maret itu diperingati
sebagai Hari Perempuan Sedunia. Penyebabnya adalah ramainya perbincangan
tentang Women’s March Jakarta yang dimulai pada hari Sabtu, 4 Maret lalu.
Berbicara soal perempuan, saya jadi teringat dengan sebuah film yang berjudul
Mustang.
Ketertarikan saya pada film Mustang sejujurnya murni hanya karena film
ini mendapat nominasi Best Foreign Language Film di Academy Awards tahun lalu.
Sebelum menonton pun saya tak mencari membaca sinopsis maupun melihat
trailernya. Maka dari itu saya tak punya bayangan tentang jalan ceritanya sama
sekali.
Ternyata cerita Mustang ini memang jauh di luar dugaan saya. Awalnya, film
garapan sineas asal Truki, Deniz Gamze Ergüven ini mengisahkan bagaimana 5
perempuan kakak beradik yang menjalani hidup dengan bahagia. Mereka bermain dan
tertawa seperti anak-anak pada umumnya. Namun lama-kelamaan, kebahagiaan mereka
pun dirampas satu per satu dan perlahan. Mirisnya, hal itu dilakukan oleh paman
dan neneknya yang mengasuh mereka.
Meski Mustang menggunakan latar kehidupan di Turki, namun film ini
memang terasa dekat dengan kondisi di Indonesia. Ada banyak sekali kejadian
yang bisa dibilang bersinggungan langsung dengan perihal hak-hak wanita, pengaruh
orang tua terhadap anak, dan juga pengaruh lingkungan sosial. Oh ya, saya ingin
mengingatkan bahwa bahasan ini tentunya menjadi spoiler. Hehe.
Ketakutan Berlebih Orang Tua
Masalah utama yang hadir di film ini adalah orang tua yang terlalu
khawatir dengan kondisi anak-anaknya. Maka dari itu mereka sering kali
bertindak protektif. Namun sayangnya, alih-alih memberi pengertian tentang
bahaya dari suatu hal, mereka cenderung memilih untuk langsung melarang. Ya
kadang dengan ancaman sebuah hukuman bila dilanggar.
Tentu saja maksudnya baik, ingin melindungi sang anak dari bahaya dan
kejamnya dunia. Namun jika berlebihan, tentu akan berakibat buruk juga pada
anak-anak. Karena wajar saja, kita pun ketika muda merasa haus akan informasi
dan hal baru.
Nah, hal itu digambarkan dengan lumayan ekstrim di film Mustang.
Karena sebuah kesalahpahaman, mereka dilarang untuk keluar rumah. Bahkan
parahnya, si nenek dan pamannya setuju untuk menyingkirkan segala hal yang
dianggap “merusak”, seperti buku bacaan hingga telepon genggam.
Bayangkan saja, mereka sudah dilarang keluar rumah, ditambah lagi tak
boleh mengkonsumsi hiburan dan belajar. Kejam? Ya sangat kejam menurut saya.
Tak hanya merendahkan sebagai perempuan, tapi juga sebagai manusia. Toh, hidup
mereka tak jauh berbeda dengan napi yang di penjara. Terbatas dan penuh aturan.
Stigma Perempuan di Masyarakat
Meski Mustang berlatar Turki, rasanya ada juga anggapan tertentu
tentang wanita yang mirip dengan di Indonesia. Yaitu para wanita harus
berpakaian tertutup, bisa memasak, dan melakukan pekerjaan ruamh tangga lainnya.
Di Mustang, hal itu berulang kali disinggung dari beberapa adegan.
Menurut saya, memang hal itu baik. Menutupi tubuh ada untungnya karena
bisa terhindari dari ancaman seperti luka atau serangga. Lagipula urusan
fashion pun bisa diatur, artinya seorang wanita bisa tetap terlihat menawan
terlepas dari cara berpakaiannya, entah itu tertutup atau tidak. Untuk urusan
memasak pun juga sama baiknya, Ya lagipula menurut saya memasak adalah salah
satu keahlian untuk bertahan hidup.
Namun kekhawatiran yang ditonjolkan dari film ini adalah dua hal itu
tidak diimbangi dengan kebebasan berekspresi. Ada sebuah pemikiran bahwa wanita
harus berpakaian tertutup, bisa memasak, dan melakukan pekerjaan rumah tangga
SAJA. Mereka tak diizinkan untuk melakukan hal lain, karena dianggap “merusak”.
Lebih parahnya adalah anggapan dari generasi orang tua kita bahwa jika
wanita tak bisa melakukan hal-hal tersebut, akan mendapat cap negatif. Ya
semudah itukah menilai seseorang?
Pernikahan Usia Dini dan
Kekerasan Seksual
Seperti yang kita tahu, di tahun 2017 ini masih ada orang yang
menyalahkan wanita di kasus kekerasan seksual. Entah berapa kali saya melihat
tanggapan seperti, “Ya salah sendiri berpakaian minim” atau “salah sendiri
berjalan di tempat sepi pada malam hari”. Padahal sudah jelas si wanita ini
menjadi korban, tetapi malah disalahkan.
Lagipula yang harus disalahkan itu si pelaku. Mau tertutup seperti apa
pun, jika pelaku tak bisa menahan nafsunya, ya akan terjadi perkosaan juga.
Sama saja. Begitu pun sebaliknya, mau si wanita berpakaian minim, kalau bisa
menekan hawa nafsu ya tak akan terjadi apa-apa.
Bahkan ada yang lebih parah, saya pernah membaca sekilas tentang
wanita yang dipaksa keluarganya untuk menikah dengan si pemerkosa. Hebat ya. Ya
bahkan masih ada kekerasan seksual yang dilakukan oleh anggota keluarganya
sendiri.
Ya itulah mengapa masih ada anak-anak remaja yang terpaksa untuk
menikah. Salah satunya karena dipaksa oleh keluarganya. Apa pun alasannya,
entah itu karena diperkosa atau untuk melunasi hutang keluarga. Namun menurut
saya, hal itu tak sepantasnya terjadi.
Seperti di film Mustang, para wanita itu satu per satu dipaksa untuk
menikah ketika usia mereka masih remaja. Bahkan salah satu penyebabnya adalah
karena si anak telah diperkosa oleh sang paman. Coba direkap lagi poin-poin di
atas, para wanita dikekang dan dipaksa melakukan hal-hal yang tak diinginkan,
lalu mereka dipaksa menikah. Apakah itu cara mengasuh anak? Atau pabrik budak?
Terkadang saya merasa kasihan dengan wanita yang menikah di bawah usia
20 tahun, terutama karena alasan terpaksa. Tentu ada sebagian hidup mereka yang
berubah dan berbeda dibanding wanita seusianya yang belum menikah. Yang
biasanya masih punya waktu banyak untuk mengasah diri, mau tak mau mereka harus
membagi peran sebagai istri dan juga ibu.
Saya juga menyayangkan para wanita yang terbuai dengan kata “halal”.
Tak sedikit yang menikah hanya mengejar status “halal” saja. Bukannya saya menentang
pernikahan. Namun menurut saya sebuah pernikahan tidak sedangkal dan sesederhana
itu. Ada banyak hal yang sepatutnya dipertimbangkan.
Maka dari itu pernikahan dini pun belum tentu membuahkan hasil yang
positif. Terlalu berisiko, secara fisik dan batin.
Penutup
Dari film Mustang saya belajar banyak hal. Mulai dari bagaimana
besarnya pengaruh orang tua, hingga kepada hak wanita sebagai manusia. Jika
kalian ingin memperingati hari perempuan sedunia, ada baiknya menonton film
Mustang, meski berlatar Turki, saya merasa hal yang ada di dalamnya juga kemungkinan
masih terjadi di Indonesia.
Ya setidaknya dari film ini kalian bisa melihat bagaimana menjadi orang
tua yang buruk seperti apa.
No comments:
Post a Comment