Monday, November 4, 2013

Christian Vieri dan Kehidupan Sepakbola Saya

Tahun 2002 adalah masa dimana saya mulai ditakdirkan untuk mulai mencintai sepakbola. Ini berawal dari demam Piala Dunia di Jepang & Korea Selatan. Ketika itu saya yang berumur 10 tahun sangat antusias menyaksikan pertandingan-pertandingan. Ya memang beruntung saat itu jam tayang dilaksanakan sore hari sepulang sekolah. Saya masih ingat gol Ahn Jung Hwan ke gawang Italia. Dan saya tidak akan pernah lupa dengan kepala Ronaldo saat itu.

Setelah Piala Dunia, saya pun mulai menggilai sepakbola lebih lanjut. Setiap minggu saya sisihkan uang jajan untuk membeli tabloid sepakbola yang berbonus poster para pemain. Kamar saya pun berubah menjadi seperti galeri pemain-pemain sepakbola. Dan entah mengapa saya memutuskan untuk menjadi seorang Interista. Memang tidak ada yang salah dengan ini. Tetapi mayoritas teman-teman saya adalah pendukung Arsenal, Real Madrid, Barcelona, Manchester United, A.C. Milan, Juventus, dan Lazio. Hanya saya seorang yang menjadi Interista.

Mungkin karena saya masih anak-anak jadi tidak begitu mengerti tentang sejarah dan kejayaan para klub sepakbola idola teman-teman. Mungkin juga karena saya telat masuk ke dunia sepakbola saat itu. Akhirnya saya menyadari bahwa Inter adalah klub besar yang sedang berpuasa scudetto. Dan puasa itu berlanjut hingga 13 tahun. Ya saya mengerti bagaimana rasanya para gooners saat ini.

Di antara puluhan pemain Inter saat itu, hanya satu yang bisa membuat saya kagum dan memilih Inter sebagai klub yang digemari. Christian Vieri. Siapa sih yang tidak kenal Vieri? Penyerang tinggi gempal dengan tendangan geledek kaki kirinya. Kalian ingat atau mungkin pernah tahu di Desember 2002 dia mencetak quat-trick melawan Brescia? Itu adalah titik dimana saya memutuskan menjadi seorang Interista.

Vieri diboyong Inter pada 1999 dari Lazio dan bertahan hingga 2005 sebelum membelot ke Milan. Total dia telah mencetak 103 gol di semua kompetisi bersama Inter. Dia adalah tipe petarung di lapangan. Mengandalkan kekuatan fisiknya ditambah kemampuan kaki kirinya.
Ketika itu saya sangat yakin dia adalah salah satu penyerang terbaik di Italia. Tapi sayang dia tumbuh bersama generasi emas para penyerang Italia. Dia bersaing dengan Del Piero, Totti, duo Inzaghi (Simone dan Filippo), dan Delvecchio. Bersama Italia dia gagal memberikan yang terbaik. Hanya pada UEFA U-21 Championship 1994 dia berhasil membawa Italia menjadi juara.

Dari segi prestasi dia berhasil menjadi juara Coppa Italia 93 di awal karirnya bersama Torino sebagai pemain cadangan tak terpakai. Bersama Juventus dia membawa UEFA Super Cup dan Intercontinental Cup 96 dan scudetto 97. Di Lazio memboyong UEFA Winners Cup 99. Dan bersama Inter hanya memberikan Coppa Italia 2005.
Ya memang setelah saya telisik lagi, 2002 adalah tahunnya Christian Vieri. Dia diberikan berbagai penghargaan individual. Dia mendapatkan Guerin d'Oro 2002, FIFA World Cup Bronze Boot 2002, Italian Footballer of The Year 2002, dilanjutkan dengan masuk ESM (European Sports Media) Team of The Year 2003 dan Serie-A Top Scorer 2003.

Ya memang tidak salah saya menjadikan Vieri menjadi idola saat itu. Karena itulah puncak individualnya. Terima kasih Christian 'bobo' Vieri. Saya akan tetap mendukung Inter dan tidak akan pernah lupa quat-trick melawan Brescia.

No comments:

Post a Comment

Postingan Populer