Thursday, October 22, 2015

Kesejahteraan Hewan?

Sumber gambar: gannet-cdn.com

Beberapa waktu lalu, saya tak sengaja melihat sebuah postingan tentang kekejaman kepada kelinci angora di Cina, atau Tiongkok, apalah namanya itu. Sadis. Ya, jelas sadis. Mereka tanpa ragu mencabut bulu kelinci itu hidup-hidup dengan tangan kosong. Padahal di dunia ini ada teknologi yang namanya alat cukur. Tak tega saya melihat dan mendengar teriakan kesakitan dari kelinci dalam video itu.

Video itu memang disebarkan oleh PETA (People For the Ethical Treatments of Animals), suatu organisasi yang memperjuangkan perlakuan pada hewan. Ya kira-kira seperti itu. Sebenarnya, isu ini sudah muncul sejak 2013 lalu. Namun saya tak mengikuti perkembangannya hingga muncul lagi video kejam itu di timeline salah satu media sosial saya.

Mungkin sebagian orang tidak (atau belum) peduli dengan perlakuan terhadap hewan. Sebelumnya, ada yang pernah tahu, baca, atau mendengar tentang animal welfare? Untuk yang belum tahu silakan googling. Singkatnya animal welfare ini adalah ya perlakuan baik terhadap hewan.

Ada juga 5 prinsip kebebasan yang dibuat oleh John Webster, sering digunakan sebagai acuan dasar menilai animal welfare. Bebas terhadap lapar dan haus, artinya ada akses mudah untuk makan dan minum; bebas dari rasa tidak nyaman, kandang yang bersih dan layak; bebas dari rasa sakit, penyakit, dan luka; bebas dalam mengekspresikan sifat alamiahnya; bebas dari rasa takut dan stres.

Kelima poin di ataslah yang harusnya mulai diperhatikan oleh manusia, terutama yang memelihara atau beternak hewan. Perlakuan kelinci di Cina jelas melanggar animal welfare, bahkan tanpa kalian mengetahui dan repot-repot googling apa itu kesejahteraan hewan, rasanya memang terasa sekali ada yang tak pantas dilakukan di dalam video tersebut. Lalu apakah ada peraturan dan hukum yang berlaku? Tentu, bahkan di Indonesia pun juga ada. Silakan kembali googling kalau masih belum percaya. Ya, kenyataannya memang belum efektif, seperti biasa.

Di Indonesia memang belum sampai pada tahap kepedulian pada kesejahteraan hewan. Makanya kita masih sering melihat tindakan yang menyiksa para hewan itu. Salah satu contoh adalah topeng monyet. Topeng monyet itu ibarat sirkus keliling. Mencari uang dari hewan dengan rantai di leher, wow.

Kita memang tak tahu apa yang dilakukan si pemilik monyet untuk melatihnya agar patuh. Apa dengan cara disiksa, atau diajarkan dengan sabar yang akan memakan waktu lama. Tapi coba perhatikan, biasanya para topeng monyet ini sering keliling di perumahan. Nah, apa kalian melihat monyetnya? Tidak kan? Monyetnya berada di kandang yang mungkin hanya ideal untuk memelihara tikus. Silakan nilai sendiri apakah itu layak atau tidak.

Satu lagi, kadang mereka juga suka "mangkal" di lampu merah. Di bawah terik matahari yang begitu panas, si monyet dipaksa memakai topeng atau menaiki motor-motoran. Berjemur di siang bolong dengan rantai di leher. Apa dia diberi minum dan makan yang cukup selama "bekerja"? Coba pikir lagi, ketika kalian naik gunung atau jalan-jalan ke sebuah curug misalkan, dan bertemu kumpulan monyet, apa mereka sedang berjemur di siang bolong?

Itu baru topeng monyet. Ada satu lagi yang mungkin kalian akan bertentangan dengan pendapat saya. Yaitu, hewan kurban! Sebagai negara yang berisi mayoritas Islam, tentu kita merayakan Idul Adha. Pasti beberapa waktu sebelum Idul Adha kita lihat kan, banyak pedagang sapi, kambing, dan domba (yang belum tahu kambing dan domba berbeda, silakan kembali googling) mulai memenuhi trotoar atau lahan kosong. Di sini saya mulai timbul banyak pertanyaan.

Mereka selama beberapa waktu tinggal di pinggir jalan, ya pinggir jalan! Yang saya tahu, hewan-hewan itu rentan dengan stres, terutama stres pada panas dan stres yang didapat dari perjalanan. Konsekuensi dari stres itu beragam, mulai dari penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, perubahan perilaku, hingga kematian. Mungkin itu penyebab sering adanya berita sapi mengamuk.

Saya sih tak pernah yakin dengan pemberian pakan dan air minum pada hewan kurban di pinggir jalan, memenuhi kebutuhan apa tidak. Selain itu, di Idul Adha yang lalu saya melihat ada domba yang diikat pada suatu pagar bambu, tapi ikatannya terlalu pendek dari bambu itu, alhasil si domba ini tak bisa duduk sama sekali, brilian!

Ya memang selama tak melanggar syarat sebagai hewan kurban, rasanya tak masalah sih. Saya sih hanya kasihan saja melihat perlakuan pada hewan-hewan itu. Belum lagi saat penyembelihan. Ini satu lagi pengalaman saya di Idul Adha lalu. Kali ini saya melihat proses penyembelihan sapi. Tapi saya melihat ini seolah-olah hanya pembunuhan hewan saja, hanya ditambah dengan doa-doa.

Dimulai dari merubuhkan sapi, rasanya saya seperti sedang ada dalam kerusuhan dan melihat sekumpulan orang ingin menggulingkan sebuah bus kecil. Riuh ramai, sama seperti itu. Belum lagi saat itu si sapi disembelih tepat di pandangan sapi dan hewan-hewan lainnya. Jelas lah, para hewan kurban itu panik dan berteriak-teriak. Mohon maaf jika ada yang bilang, "hewan kurban itu akan merasa senang untuk dikurbankan". Kalau caranya seperti itu, hewan dibuat stres dengan membiarkan dia melihat hewan lain disembelih tepat dihadapannya, mungkin boleh dipertimbangkan lagi pernyataannya.

***

Alasan menulis tentang animal welfare ini adalah saya juga memelihara hewan, tepatnya kelinci selama setahun belakangan. Anggaplah tulisan ini sebagai pengingat saya terhadap kesejahteraan kelinci-kelinci saya. Apa saya memberi pakan dan minum dengan cukup? Bagaimana kebersihan dan kelayakan kandangnya? Apa mereka terluka, atau sakit? Apa mereka cukup leluasa untuk "bermain" di luar kandang? Apa mereka merasa terancam atau sering stres?

Lebih jauh lagi, apa hewan itu layak untuk dipelihara? Kenapa saya membatasi hidup mereka dengan memeliharanya?

Ibaratnya tulisan ini sebagai terapi untuk saya memberi perhatian lebih pada kelinci-kelinci saya. Semoga bermanfaat bagi saya dan yang membaca.

Maaf saya tak menyediakan atau memberi link videonya. Saya tak ingin orang-orang melihat hewan itu tersiksa. Tapi percayalah jika ada yang bilang hewan itu membahayakan, pikirkan lagi, bukankah manusia adalah makhluk paling berbahaya?

*Note:
Jika ada kesalahan, silakan dikoreksi. Jika ada pendapat lain, silakan beri tahu, saya tak keberatan untuk berdiskusi. Jika ada pengalaman lain, silakan ceritakan, saya siap mendengar atau membacanya. Jika ada kebencian, jangan luapkan pada hewan.

No comments:

Post a Comment

Postingan Populer